Jakarta (ANTARA News)- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di Pasar Spot Antar-Bank Jakarta pada Jumat sore menguat kembali di bawah level Rp9.100 per dolar AS menjadi Rp9.098/9.100 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.100/9.112 atau naik dua poin. Pengamat Pasar Uang, Farial Anwar, di Jakarta, mengatakan bahwa dukungan yang kuat dari aktifnya investor asing bermain di pasar uang dan pasar modal kembali memicu rupiah untuk naik setelah sempat terpuruk hingga di atas level Rp9.100 per dolar AS. Rupiah seharusnya sudah bisa menjauhi pada level Rp9.100 per dolar AS, bahkan bisa menembus level Rp9.000 per dolar AS, namun untuk menuju ke level Rp9.000 per dolar AS memang agak sulit, katanya. Ia menilai, oleh karena BI tidak mungkin berdiam diri, dan akan masuk pasar melakukan intervensi, agar rupiah tidak melewati angka batas psikologis yang sudah ditentukannya. Meski rupiah sudah beberapa kali menembus level Rp9.100 per dolar AS menuju angka Rp9.000 per dolar AS, namun kembali melemah hingga di atas Rp9.100 per dolar AS, akibat aktif BI memantau pergerakan mata uang lokal itu, katanya. Sentimen positif pasar, menurut dia memang cukup besar dan terus menggiring rupiah meliwati angka batas psikologis Rp9.100 per dolar AS, apabila pasar eksternal juga turut memicu rupiah menguat dengan membaiknya pasar saham regional yang memicu indeks BEJ menguat hingga mendekati level 2000 poin. Rupiah, menurut dia, berpeluang untuk terus menguat dan BI diharapkan membiarkan sehingga pergerakan rupiah ditentukan oleh pasar. "Kami optimis BI hanya sekali-kali masuk pasar untuk menjaga rupiah, agar likuiditasnya tetap terjaga," katanya. Aktivitas pasar saat ini kurang ramai, karena pelaku menjelang akhir pekan ini siap meninggalkan pasar untuk berlibur, meski mereka telah membeli rupiah namun dalam jumlah yang tidak besar. Jadi, pembelian rupiah oleh pelaku lokal bersama pelaku asing hanya memicu rupiah naik kurang signifikan, karena pembelian terjadi menjelang pasar ditutup pada sore hari, demikian Farial Anwar. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007