Simferopol (ANTARA News) - Otoritas Rusia di Krimea pada Rabu (12/10) menahan lima muslim Tatar dengan tuduhan menjadi anggota kelompok ekstremis terlarang, sebuah langkah yang dikecam aktivis sebagai upaya untuk mengintimidasi komunitas tersebut.

Otoritas Rusia di Krimea melakukan penindakan di daerah populasi Tatar, yang dideportasi oleh Stalin dan sebagian besar menentang pengambilalihan semenanjung Laut Hitam oleh Moskow, melarang badan pengatur mereka dan menutup media independen.

Aktivis mengatakan beberapa ratus warga Tatar ditahan atau rumahnya digeledah, sementara 14 lainnya dituntut karena menjadi anggota kelompok Hizb-ut-Tahrir.

Badan keamanan FSB Rusia menggeledah rumah lima pria di dua desa dan "kelimanya dibawa ke markas besar FSB Krimea" menurut pengacara Emil Kurbedinov kepada kantor berita AFP.

Kantor kejaksaan Krimea dan badan keamanan FSB di sana belum mengonfirmasi penahanan mereka.

Pejabat pemerintah Krimea Zaur Smirnov memberi tahu kantor berita Rusia RIA Novosti pada Rabu pagi bahwa pasukan keamanan menjalankan operasi khusus menyasar Hizb-ut-Tahrir.

Hizb ut-Tahrir (Partai Kebebasan) ingin membangun kembali kekhalifahan Islam dan sudah dilarang di Rusia sejak 2003.

Kurbedinov, yang mewakili sebagian besar warga Tatar Krimea yang ditangkap, mengatakan pria-pria itu ditahan karena dicurigai mengorganisasi atau menjadi anggota sel kelompok ISIS, menambahkan bahwa dalam penggeledahan rumah mereka hanya ditemukan "naskah-naskah keagamaan."

Hukuman untuk mengorganisasi kelompok teroris antara 15 sampai 20 tahun penjara, sementara menjadi anggota dihukum 10 sampai 20 tahun penjara.

"Ini tindakan intimidasi lain terhadap Tatar Krimea," kata Kurbedinov.

Ketua Jaksa Penuntut Umum Krimea Natalya Poklonskaya, yang memimpin kampanye menentang Tatar, mendapat satu kursi di parlemen Rusia mewakili partai berkuasa setelah pemilihan September.

Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2016