Banda Aceh (ANTARA News) - Ratusan jiwa korban gempa dan tsunami Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar, mengancam tidak mau menempati rumah yang dibangun Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias, di lokasi relokasi kawasan Glee Juedah, karena kualitas bangunannya memperihatinkan. "Kami sudah menyatakan tidak mau pindah ke rumah itu sebelum pihak BRR Aceh-Nias memperbaikinya. Rumah itu dibangun asal jadi, apalagi ada sebagian di antaranya tidak layak dijadikan tempat tinggal, terutama dimusim penghujan," kata Arbi (34), seorang korban tsunami di Leupung, Sabtu. Kondisi beberapa unit rumah diantaranya memprihatinkan, terutama jika musim penghujan maka air dan lumpur langsung merambah masuk kedalam rumah bantuan BRR yang dibangun 2005 - 2006, tambahnya. Sementara Ardin menyebutkan, selain kondisi rumah yang tidak layak huni, sumber air bersih dipemukiman relokasi itu juga tidak tersedia. "Kalau kami tinggal di lokasi relokasi itu maka terpaksa harus mengangkut air bersih berjarak empat kilometer dari rumah tersebut," katanya. Ia menyebutkan, di pemukiman relokasi itu telah didirikan sebanyak 110 unit rumah bantuan BRR Aceh-Nias, tercatat 100 unit dari lembaga World Vision dan 68 unit bantuan Pemerintah Brunei. "Masyarakat korban tsunami tidak mempersoalkan rumah bantuan World Vision dan Brunei, namun rumah yang dibangun BRR Aceh-Nias itu memang tidak layak untuk dihuni karena sebagian besar dibangun asal jadi dan tidak nyaman ditempati," tambah dia. Bahkan, jelas Ardin, pihak BRR Aceh-Nias telah berjanji untuk merehabilitasi kembali rumah yang rusak dan menyediakan sumber air bersih di pemukiman relokasi korban tsunami asal beberapa desa di Kecamatan Leupung. "Akan tetapi, BRR Aceh-Nias hanya berjanji. BRR telah minta kami untuk segera meninggalkan barak huntara dan menempati rumah bangunan lembaga tersebut, tapi rumah belum diperbaiki dan sumber air bersih juga tidak ada," kata dia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007