Jakarta (ANTARA News) - Kenaikan suhu rata-rata tahunan antara 0,2 - 1 derajat Celcius antara tahun 1970 hingga 2000 akibat pemanasan global telah mengakibatkan peningkatan rata-rata curah hujan bulanan di Indonesia. "BMG mencatat adanya kenaikan curah hujan bulanan di sejumlah daerah termasuk Jakarta, Jawa Timur dan NTT antara tahun 1900 hingga tahun 2000," kata Sekretaris Utama BMG Dr.Andi Eka Sakya, M.Eng di Jakarta, Selasa. Data BMG menunjukkan antara tahun 1900 dan 2000, rata-rata curah hujan bulanan di sebagian daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) meningkat hingga 18 persen yakni dari 430 milimeter menjadi 530 milimeter dan di Bali serta Nusa Tenggara Barat curah hujannya meningkat 17 persen yakni dari 310 milimeter pada 1900 menjadi 360 milimeter pada tahun 2000. Di Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta curah hujan rata-rata bulanan selama periode tersebut juga meningkat hingga 12 persen dari 310 milimeter hingga 360 milimeter dan di Jawa Timur meningkat 12 persen yakni dari 240 milimeter menjadi 280 milimeter. Selain itu menurut data BMG, rata-rata curah hujan bulanan di Jawa Tengah juga meningkat tujuh persen dari 300 milimeter pada 1900 menjadi 330 milimeter pada tahun 2000. "Kenaikan ini tentu bisa dikaitkan dengan adanya kenaikan temperatur rata-rata seperti dikemukakan IPCC. Dan tentunya meski diantisipasi kemungkinan adanya banjir akibat perubahan pola hujan tersebut," katanya. Panel Antar-Pemerintah untuk Perubahan Cuaca (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) dalam laporannya menyebutkan bahwa berdasarkan data IPCC antara tahun 1970 hingga 2000, di Indonesia telah terjadi kenaikan suhu rata-rata tahunan antara 0,2 - 1 derajat Celcius dan hal itu merupakan salah satu akibat pemanasan global. Menurut IPCC, perubahan suhu rata-rata itu dapat mengakibatkan antara lain penurunan produksi pangan sehingga bisa meningkatkan risiko bencana kelaparan, peningkatan kerusakan pesisir akibat banjir dan badai, peningkatan kasus gizi buruk dan diare, dan perubahan pola distribusi hewan dan serangga sebagai vektor penyakit. IPCC menyebutkan pula bahwa masyarakat miskin merupakan kelompok yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim karena kemampuan beradaptasi mereka yang rendah dan minimnya sumberdaya yang mereka miliki, selain karena kehidupan mereka cenderung sangat bergantung pada sumberdaya yang rentan terhadap kondisi iklim. Oleh karena itu IPCC menyarankan agar setiap negara meningkatkan kapasitasnya untuk beradaptasi dengan perubahan iklim tersebut dengan memperhitungkan dampak perubahan iklim ke dalam perencanaan pembangunan, misalnya memasukkan adaptasi perubahan iklim dalam perencanaan pengunaan lahan dan pembangunan infrastruktur, serta memasukkan cara-cara untuk menekan kerentanan terhadap perubahan iklim ke dalam strategi penanggulangan bencana.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007