Jakarta (ANTARA News) - Persija Jakarta meminta aparat kepolisian mengusut tuntas atas peristiwa tol Cipali yang mengakibatkan satu orang Jakmania (supoter Persija) meninggal dunia usai mendukung tim kesayangannya bertanding di Stadion Manahan Solo.

"Manajemen berharap aparat terkait melakukan pengusutan secara tuntas atas peristiwa ini dan bisa diungkap secara jelas serta menghukum pihak yang bersalah sesuai hukum yang berlaku di Indonesia," demikian pernyataan tertulis Persija yang diterima media di Jakarta, Senin.

Pada keributan yang terjadi di tol Cipali, Cirebon, Minggu (6/11), satu orang Jakmania yaitu Harun Al Rasyid Lestaluhu warga Kalimalang Jakarta Timur meninggal dunia di tempat setelah terjadi bentrokan antara suporter dengan sekelompok masyarakat.

Selain berharap bisa diusut dengan tuntas, manajemen tim yang berjuluk Macan Kemayoran itu menghimbau pihak-pihaknya terkait utamanya fans dan suporter Persija bisa menahan diri dan lebih waspada. Pihaknya juga meminta agar informasi yang disebarkan oleh pihak manapun tidak provokatif, dari sumber yang kredibel dan mengedepankan prinsip tabayun (klarifikasi).

"Musibah ini kudu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua, stake holder sepak bola di Indonesia. Semoga peristiwa ini tidak lagi terulang pada masa-masa mendatang," tegas pernyataan Persija tersebut.

Pasca pertandingan antara Persija melawan Persib, tidak hanya Harun Al Rasyid yang meninggal dunia. Satu lagi pendukung tim asal ibukota itu yang meninggal dunia yaitu Gilang asal Pekalongan. Hanya saja, Jakmania ini meninggal karena mengalami kecelakaan.

Sementara itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melalui Deputi Bidang Peningkatan Prestasi, Gatot S Dewa Broto langsung bereaksi atas kejadian tersebut termasuk melakukan komunikasi dengan PT Gelora Trisula Semesta (GTS) selaku operator kompetisi Indonesia Soccer Championship (ISC).

"Korban jiwa sudah cukup banyak. Itu tidak boleh terulang. Kami berharap aparat kepolisian menegakkan aturan hukum demi tertibnya partisipasi suporter tanpa pengecualian karena tanpa law enforcement yang tegas insiden serupa akan terus berulang," katanya.

Atas kejadian tersebut, Kemenpora meminta PSSI sebagai induk organisasi sepak bola Indonesia juga diharapkan turut serta memikirkan masa depan pengaturan suporter di Indonesia bersama pihak terkait. Hal ini dimaksudkan supaya pembenahan tata kelola sepak bola tidak semata-mata organisasi PSSI-nya saja tetapi juga entitas lain termasuk suporter.

"Memang tidak semua kelompok suporter sering membuat onar, namun kejadian konflik mudah digeneralisasi sebagai publik yang kurang memahami peta persaingan antar suporter ," kata pria yang juga Kepala Komunikasi Publik Kemenpora itu.

Pewarta: Bayu K
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2016