Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa penerapan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) adalah untuk mencegah terjadi krisis ekonomi seperti 1997 terulang kembali. "SSK ditujukan untuk menciptakan lembaga dan pasar keuangan yang stabil guna menghindari terjadinya krisis keuangan yang dapat menganggu tatanan perekonomian nasional," kata Analis Senior BI S Batunanggar dalam acara diskusi terbatas dengan wartawan di Jakarta, Rabu. Menurut Batunanggar, tidak stabilnya sistem keuangan akan menimbulkan konsekuensi yang membahayakan, yakni besarnya biaya fiskal yang harus dikeluarkan untuk menyelamatkan lembaga keuangan yang bermasalah dan penurunan PDB (Product Domestik Bruto) akibat krisis mata uang dan perbankan. Untuk itu, lanjutnya, stabilitas keuangan ini menjadi agenda prioritas dari bank sentral, otoritas pengawas dan pemerintah. Dengan melihat ini, BI menganggap penting peran dari SSK ini karena akan menciptakan kepercayaan lingkungan yang mendukung bagi nasabah penyimpan dan investor untuk menanamkan dananya pada lembaga keuangan. Dia juga mengungkapkan bahwa sitem keuangan yang stabil akan mendorong intermediasi keuangan yang efesiensi sehingga pada akhirnya mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kestabilan sistem keuangan ini akan mendorong beroperasinya pasar dan memperbaiki alokasi sumberdaya dalam perekonomian. Melihat pentingnya peran SSK ini, BI memasukkan aspek tersebut untuk mencapai dan memilihara kestabilan rupiah melalui kestabilan moneter. Dengan stabilnya nilai tukar rupiah, kata Kepala Biro SSK BI Wimboh Santoso, akan menjadikan minat investor asing untuk menanamkan dananya Indonesia. "Selama nilai tukar stabil dan menguat, maka investor asing tidak akan lari dari Indonesia," katanya. Menurut dia, SSK ini juga dipengaruhi oleh dana masuk dari investor asing. Untuk itu, lanjut Wimboh, BI perlu menerapkan kebijakan yang dapat membuat investor yang ada bertahan lama di Indonesia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007