Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar uang Jakarta, Kamis pagi, turun menjadi Rp9.082/9.085 dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya pada Rp9.074/9.078 per dolar AS atau melemah delapan poin. Analis valas PT Bank Niaga Tbk, Noel Chandra, di Jakarta, mengatakan pelaku pasar berspekulasi melepas rupiah untuk mencari untung, setelah mengalami kenaikan sejak akhir pekan lalu hingga mendekati level Rp9.050 per dolar AS. Selain aksi lepas rupiah demi meraih untung (profit-taking) oleh pelaku pasar, rupiah juga mendapat tekanan dari Bank Indonesia (BI) yang mencegah kenaikan mata uang lokal itu lebih lanjut, katanya. Rupiah, menurut dia, juga mendapat tekanan dari pasar saham regional yang didukung oleh melemahnya dolar AS dan kekhawatiran terhadap China yang akan menaikkan tingkat suku bunga untuk mengatasi pertumbuhan ekonomi yang terlalu cepat. Indeks Nikkei Jepang turun, 1,1 persen, indeks Kospi, Korea merosot 0,7 persen dan indeks SP/ASX 200 Australia melemah 0,6 persen, katanya. Meski demikian, lanjutnya, peluang rupiah untuk menguat lagi masih besar, karena dukungan ekonomi makro masih tinggi, apalagi dolar AS di pasar regional melemah terhadap yen. Dolar AS terhadap yen turun 0,2 persen menjadi 118,68, euro juga melemah menjadi 161,30 yen setelah sebelumnya sempat meningkat menjadi 162,40. Namun kenaikan yen agak dibatasi oleh para eksportir, karena merosotnya dolar AS membatasi penjualan produk mereka di luar negeri, ucapnya. Menurut dia, koreksi terhadap rupiah dinilai wajar setelah mengalami kenaikan yang cukup berarti yang mendorong pelaku lokal melepasnya untuk memperoleh keuntungan. Meski merosot rupiah masih jauh di bawah level Rp9.100 per dolar AS, bahkan berpeluang untuk menguat lagi, karena pasar regional masih memberikan nilai positip terhadap mata uang lokal itu. Meski ada kekhawatiran kenaikan nilai tukar itu hanya merupakan spekulatif akibat masuknya aliran dana asing ke pasar domestik dalam jangka pendek, demikian Noel. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007