Padang (ANTARA News) - Pakar ekonomi nasional, Sri Edi Swasono mengatakan berbeda dengan Indonesia, Malaysia hingga kini masih mampu mengatasi pasar bebas, akibat kepiawaiannya dalam berdiplomasi. "Malaysia tidak sepenuhnya tunduk ke WTO, malah sebaliknya bisa menolak impor sehingga produsen di negeri Jiran itu tetap berjaya bertahan, karena Malaysia unggul dalam diplomasi," katanya pada acara "Annual Lecturer mengenang tokoh diplomasi Mohammad Hatta," di Kampus Unand Padang, Kamis. Sri Edi Swasono justru menyayangkan kelemahan Indonesia yang tidak bisa menolak produk impor, sebab kebijakan itu jelas merugikan produsen di tanah air, karena sebagian pembeli tentu beralih pada produk luar. "Kadang-kadang saya sedih sekali, sebab belum ditanya tentang kesediaan untuk menerima pasar bebas, eh kita malah menyatakan mau," katanya. "Mana kehebatan bangsa dulu yang mampu mengusir penjajah, justru sebaliknya kini kita mengundang penjajahan (ekonomi) baru," katanya miris. Dia mengibaratkan bangsa Indonesia mengandrungi yang serba populer atau serba luar negeri. Pendidikan Amerika Serikat, misalnya tanpa disangka sudah menjual produk asing di Indonesia, anehnya kita justru menikmatinya, bukan menolaknya. "Mana seminar di Indonesia yang membahas produksi sendiri?. Bangsa Indonesia `sedang bunuh diri` karena lebih menggandrungi `pop` dan mengabaikan buatan dalam negeri sendiri," katanya. Mahasiswa yang mencoba berapresiasi --dengan aksi damai atau unjuk rasanya-- tidak perlu dilarang, karena itu bagian dari demokrasi sekaligus melatih mereka pintar berdiplomasi. "Sebaiknya pejabat yang ngomong "eh ini anak muda suka bikin ribut saja..." patut dilengserkan, karena melarang demokrasi dan membuang kesempatan berlatih diplomasi," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007