Jakarta (ANTARA News) - Ibu negara Ani Yudhoyono menilai faktor non medis cukup dominan memberi kontribusi terhadap kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas serta bayi. Hal itu dikemukakan Ibu Negara dalam acara pencanangan revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) di Karawang, Jawa Barat, Kamis. "Masalah non medis itu bersumber dari banyak faktor, antara lain ekonomi, faktor yang paling dominan adalah tata nilai sosial budaya dengan penafsiran ajaran agama pada sebagian masyarakat Indonesia yang belum sejalan dengan kesetaraan dan keadilan gender," katanya. Menurut Ibu negara, masih ada masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa alamiah yang harus ditanggung resikonya oleh kaum perempuan. "Pendapat seperti ini perlu diubah secara sosio kultural, agar perempuan mendapat perhatian dari keluarga dan masyarakat sekitarnya dan memiliki hak atas kesehatan reproduksinya," tutur Ibu Ani. Ibu Ani juga mengimbau agar masyarakat Indonesia merencanakan jumlah anak, sehingga anak yang akan dilahirkannya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas karena di beberapa daerah masih terjadi hambatan untuk melaksanakan program KB dimana masyarakatnya masih akrab dengan anggapan "banyak anak banyak rejeki". "Hal ini tentu saja tidak relevan dan tidak sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini," katanya seraya menambahkan bahwa setelah reformasi program KB seakan mulai memudar dengan tidak ada laginya BKKBN di tingkat daerah. Oleh karena itu menurut Ibu Negara, strategi pelaksanaan GSI di daerah sangat diperlukan, yaitu dengan memantapkan koordinasi antar berbagai sektor di daerah. Sementara itu ketika melakukan peninjauan ke posyandu Desa Sukaluyu, kecamatan Teluk Jambe Timur, Ibu Negara memberikan penyuluhan mengenai arti pentingnya ASI bagi bayi. "Para ibu hendaknya perlu meningkatkan penggunaan Air Susu Ibu atau ASI eksklusif, sampai dengan 6 bulan baru kemudian memberikan makanan tambahan, yaitu makanan pendamping ASi untuk mencegah kematian bayi dengan," katanya. Sambil menimbang beberapa orang bayi yang sedang dipantau pertumbuhannya oleh para kader, Ibu Negara juga menganjurkan agar para ibu mengatur kehamilan untuk meningkatkan kualitas hidup. "Kita dapat memutus mata rantai yang menjadi penyebab meningkatnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi dengan mengatur kelahiran karena kematian seorang ibu akan menyebabkan hilangnya kesempatan seorang anak untuk mendapatkan ASI dan kasih sayang ibu yang hakiki," ujarnya. Ibu Negara berkata bahwa para ibu hendaknya selalu ingat "Tiga Terlambat" dan "Empat Terlalu" yang berpotensi menyebabkan kematian ibu dan bayi. Dikatakan, "Tiga Terlambat" adalah terlambat dalam mengenali tanda bahaya dan memutuskan untuk mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan, terlambat dalam mencapai fasilitas kesehatan yang memadai serta terlambat dalam mencapai fasilitas kesehatan yang memadai. Sedangkan "Empat Terlalu" adalah terlalu muda untuk hamil, terlalu tua untuk hamil, terlalu sering hamil, dan terlalu banyak melahirkan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007