Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar uang Jakarta, Jumat pagi, turun tiga poin menjadi Rp9.093/9.100 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya pada level Rp9.090/9.095, menyusul masih berlanjutnya aksi spekulatif melepas rupiah. "Rupiah kembali merosot karena aksi melepas mata uang lokal itu masih terjadi, meski koreksi harga yang terjadi tidak besar," kata Analis Valas PT Bank Saudara, Yusuf, di Jakarta, Jumat. Menurut dia, turunnya rupiah yang relatif kecil, karena tertahan oleh membaiknya pasar saham regional, setelah mereka khawatir dengan pertumbuhan ekonomi China yang berjalan sangat cepat. Ekonomi China yang tumbuh lebih dari 11,1 persen dalam kuartal pertama 2007 dikhawatirkan akan membuat ekonomi terbesar keempat dunia tersebut menghadapi risiko 'overheated', katanya. Membaiknya pasar saham regional itu, lanjutnya, mengakibatkan indeks Nikkei, Jepang melonjak 0,4 persen, indeks Kospi, Korea Selatan naik 0,7 persen dan indeks SP/ASX 200, Australia menguat 0,5 persen. Meski muncul dukungan dari pasar regional, rupiah masih tetap terkoreksi, karena intervensi Bank Indonesia (BI) terhadap rupiah masih cukup tinggi, ucapnya. Ia mengatakan rupiah yang diperkirakan sebelumnya bisa mendekati level Rp9.000 per dolar AS melihat kecenderungan pasar yang tetap mendukung terlihat sulit untuk mencapai angka psikologis tersebut, apalagi BI tetap mengantisipasi kenaikan rupiah lebih lanjut. Meski demikian pergerakan rupiah yang kembali mendekati level Rp9.000 per dolar AS itu merupakan langkah maju, karena sebelumnya selalu berada di atas Rp9.100 per dolar AS, ucapnya. Ditanya mengenai yen, menurut dia, yen cenderung stabil di pasar regional, setelah harga saham AS di pasar modal mampu bertahan, meski sebelumnya sempat merosot, akibat kekhawatiran pelaku pasar terhadap ekonomi China yang tumbuh signifikan. Dolar AS terhadap yen bertahan pada 118,45, euro terhadap dolar As menjadi 1,3629, dan euro terhadap yen naik 0,1 persen menjadi 161,40. Meski rupiah melemah, menurut dia, masih mampu tumbuh kembali, apalagi koreksi harga yang terjadi relatif kecil yang menunjukkan faktor positif pasar masih fokus pada pergerakan rupiah. Karena itu, peluang rupiah untuk menguat lagi masih ada yang didukung oleh Bank Indonesia (BI) membiarkan mata uang lokal itu bergerak sesuai dengan keinginan pasar, katanya. (*)

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2007