Kairo (ANTARA News) -Anggota parlemen Israel, Azmi Bishara, yang keturunan Arab, mengumumkan pengunduran dirinya, Minggu, di Kairo, dan mengatakan bahwa untuk sementara waktu dia berada di luar negeri. Bishara, seorang yang sering mengecam kebijakan Israel terhadap warga Palestina, mengeluhkan tuntutan terhadapnya di Israel. Sementara itu, para anggota parlemen Israel dari kalangan neo konservatif (hawkish) menyambut pengunduran diri Bishara sebagai satu langkah baik. "Saya memutuskan mengundurkan diri setahun yang lalu dan menunda pengunduran itu hanya karena janji saya di parlemen," kata Bishara kepada para wartawan di Kairo, setelah bertemu Sekretaris Jenderal (Sesjen) Liga Arab, Amr Mussa. "Menurut undang-undang, anda bisa menyampaikan pengunduran diri lewat kedutaan besar atau di Knesset (parlemen Israel) dan kebetulan saya di sini ketika membuat keputusan itu. Karena itu saya menulis surat dan menyerahkannya," kata dia. Kedutaan besar Israel di Kairo membenarkan bahwa anggota parlemen yang lantang bersuara itu menyerahkan pengunduran dirinya saat bertemu duta besar. Bishara yang pergi dari Israel sejak Maret dan hanya satu kali kembali sebentar ke Israel, mengisyaratkan akan berada di luar negeri untuk beberapa lama. "Saya belum mengambil keputusan kapan saya akan kembali. Jika saya kembali sekarang, pengadilan akan melarang saya meninggalkan Israel hingga bertahun-tahun, meski jika saya dinyatakan tidak bersalah." Dalam wawancara dengan saluran berita lewat satelit Al-Jazeera, dia berkeras tidak akan selamanya berada di luar Isreal. Pria berumur 50 tahun itu menjadi anggota parlemen Israel pada 1996 dan tiga tahun kemudian menjadi keturunan Arab pertama yang mencalonkan diri untuk jabatan perdana menteri. Pada Agustus tahun lalu, Bishara dan dua rekannya sesama anggota parlemen dari Majelis Demokratik Nasional (Balad), beberapa kali mengunjungi Suriah untuk bertemu presiden Bashar al-Assad. Menteri dalam negeri Israel Roni Bar-On memerintahkan penyelidikan terhadap Bishara dan dua rekan kerjanya yang bepergian ke Suriah tanpa izin pihak berwenang. Bishara mengeluh, dia seharusnya tidak diselidiki karena mengadakan pertemuan tukar pendapat dengan para pemimpin di kawasan itu, termasuk jika menemui pemimpin yang dianggap sebagai musuh Yahudi. Jurubicara pemerintah Israel, Miri Eisin, mengatakan Bishara berhak mengundurkan diri dari jabatan anggota parlemen. "Israel tetap menjadi negara demokrasi yang memberikan hak-hak warga negaranya, baik kepada mayoritas Yahudi maupun minoritas-minoritas," katanya. Bishara dikenal tidak tanpa kenal mengkampanyekan hak-hak masyarakat Arab Israel yang berjumlah 20 persen dari populasi penduduk Israel dan mengeluhkan peminggiran sistematis. Parlemen Israel dari kalangan neo-konservatif menyambut baik pengunduran diri Bishara yang dianggap pemimpin dari sedikit pengacara Israel yang berdarah Arab. "Saya menyambut baik langkah ini, tiga tahun lalu saya usulkan agar dia diadili karena berkhianat, setelah dia menghadiri unjuk rasa Hisbullah di Lebanon dan di sana dia usulkan penghancuran negara Israel," kata anggota parlemen dari partai Likud, Yuval Stenitz, kepada AFP. "Dia sekarang buronan, dan Israel harus mempertimbangkan untuk menangkapnya dan menyeretnya ke pengadilan," tambah dia. Secara bertentangan, Avshalom Vilan, dari partai sayap kiri, Meretz, mengatakan parlemen adalah pecundang. "Knesset kehilangan seorang anggotanya yang paling cemerlang, tapi adalah hak dia untuk mengundurkan diri. Tidak mungkin ada konflik antara warga Arab-Israel dan tanah airnya dengan latar belakang kecurigaan yang tiada habis, katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007