Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memprihatinkan tingginya angka kecelakaan lalu lintas, khususnya sepeda motor, sehingga diperlukan penanganan menyeluruh. Hal itu dikemukakan Presiden Yudhoyono di Sasono Langen Bedoyo Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Senin, seusai meresmikan Pekan Keselamatan Transportasi Darat. Turut mendampingi Presiden dalam acara itu antara lain Ibu Negara Ani Yudhoyono, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Menteri Perhubungan Hattan Rajasa, Meneg BUMN Sugiharto, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Taufik Effendy, dan Menristek Kusmayanto Kadiman. Pada kesempatan itu, Kepala Negara juga mencanangkan sosialisasi penggunaan helm bagi anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang ditandai dengan pemberian helm kepada dua siswa SD. Di depan sekitar 800 siswa SD dari seluruh wilayah Jakarta, Presiden mengatakan angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia justru lebih tinggi dibandingkan dengan kematian prajurit saat melakukan operasi militer. Presiden menegaskan korban kecelakaan lalu lintas juga didominasi oleh warga usia produktif yang tentunya merupakan bagian dari kepala keluarga yang menjadi tulang punggung keluarga. Dengan demikian, secara tidak langsung kecelakaan lalu lintas bisa mempengaruhi kegiatan ekonomi, katanya. Data PBB Sementara itu, Hatta Rajasa mengemukakan berdasarkan data PBB angka kecelakaan lalu lintas di dunia pada 2004 mencapai sekitar 1 juta orang korban meninggal, sedangkan 50 juta orang menderita luka berat dan ringan. Sedangkan di Indonesia pada periode yang sama, dari 20 ribu kasus kecelakaan sekitar 11 ribu di antaranya mengakibatkan jatuhnya korban meninggal. Data PBB juga menyebutkan kerugian akibat kecelakaan di Indonesia mencapai 2,17 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto). Menurut Hatta, tingginya kecelakaan di samping pesatnya pertumbuhan kepemilikan motor, juga diakibatkan karena kurangnya kepatuhan masyarakat dalam menaati rambu-rambu lalu lintas. PBB memperkirakan jika tidak ada penanganan khusus maupun upaya untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas, maka pada 2020, tingkat kecelakaan bisa mencapai 65 persen, bahkan tingkat kecelakaan dianggap sebagai epidemik tersembunyi karena korbannya melebihi jumlah korban penderita penyakit menular di suatu negara. Pada kesempatan itu, Presiden sempat berdialog dengan siswa SD yang masing-masing dilengkapi dengan helm. Presiden berpesan kepada anak-anak agar mengingatkan orang tua atau saudara untuk menaati peraturan lalu lintas. "Bilang ke orang tua atau saudara kalau bepergian harus menggunakan helm dan jangan ngebut," kata Presiden. Untuk itu, Presiden meminta semua pihak mengambil langkah koordinatif tidak parsial, sehingga mampu menekan korban kecelakaan lalu lintas. "Cetak biru transportasi yang efektif dan perlunya mencarikan sumber pendanaan bagi program keselamatan," katanya. Dia menjelaskan program keselamatan lalu lintas, tidak mutlak menjadi tanggung jawab pemerintah, namun juga tanggung jawab swasta dan masyarakat pengguna sarana transportasi. Kepala Negara juga menekankan perlunya pembangunan infrastruktur jalan agar bisa digunakan secara nyaman. Dikatakan juga mengenai perlu juga sarana informasi bagi pengemudi, sosialisasi aspek hukum dan etika berlalu lintas. Usai memberikan pidato, Presiden menyempatkan menyaksikan pertunjukan yang ditampilkan para siswa SD itu yang bertajuk "Zona Selamat Sekolah". Presiden juga melakukan uji-coba "test-drive" statis terhadap kendaraan mobil dan sepeda motor yang disediakan oleh Yamaha Indonesia. Alat uji coba itu dimaksudkan untuk calon konsumen yang membeli kendaraan bermotor untuk terlebih dahulu mencoba fitur kendaraan sebelum melakukan pembelian. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007