Jakarta (ANTARA News) - Bekas kepala tim kampanye Hillary Clinton, John Podesta, menyatakan Minggu waktu setempat bahwa orang-orang dekat Donald Trump mungkin berkolusi dengan para peretas Rusia demi memenangkan Pemilu awal November lalu.

Dalam wawancara pertamanya di televisi sejak Hillary kalah, Podesta mengaku memang tidak percaya Trump menjadi bagian dari rencana peretasan itu, namun menduga beberapa orang dekatnya kongkalikong dengan Rusia.

Para elektor Electoral College (sistem yang memilih presiden Amerika Serikat yang akan segera melakukan penghitungan resmi suara elektoral untuk Trump dan Hillary), kata Podesta, berhak mengetahui keterlibatan tim kampanye Trump sebelum para elektor melakukan pemungutan dan penghitungan suara elektoral Senin waktu AS ini.

"Tidak diketahui pasti apakah ada kolusi," kata Podesta dalam program bincang-bincang "Meet the Press", NBC.

"Apa yang diketahui Trump Inc.? Kapan mereka mengetahui soal ini? Apakah mereka berhubungan dengan orang-orang Rusia?" tanya Podesta. "Saya kira para elektor punya hak untuk mengetahui jawabannya."

"Rusia berusaha memilih seekor anjing peliharaan," kata Podesta menunjuk istilah yang belum lama ini diperkenalkan oleh kolumnis New York Times Nicholas Kristof.

Podesta juga membeberkan rincian baru mengenai peretasan atas akun pribadi Gmail-nya dengan menyatakan dia tidak pernah dihubungi FBI sampai 9 Oktober atau dua hari setelah WikiLeaks merilis email-emailnya yang diretas itu.

"Hal pertama yang dikatakan agen FBI kepada saya adalah 'Saya tak tahu Anda sudah mengetahuinya, namun akun email Anda kemungkinan telah diretas," kata Podesta. "Ya, saya sudah mengetahuinya."

"Itulah terakhir kali saya berbicara dengan FBI," kata Podesta seperti dikutip Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2016