Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi X DPR RI Ferdiansyah mengatakan objek wisata Tanjung Lesung di Kabupaten Pandeglang, Banten membutuhkan promosi masif sekaligus "branding" yang kuat oleh Pemerintah Provinsi Banten.

Menurutnya hingga saat ini Pemprov Banten belum melakukan banyak hal terkait promosi Tanjung Lesung sebagai destinasi wisata.

“Kami melihat masih banyak yang belum dilakukan pemerintah dalam pengembangan Tanjung Lesung. Oleh karena itu, kami menyarankan pengembangannya tidak hanya Tanjung Lesung sendiri, tapi juga pengembangan Tanjung Lesung dan daerah sekitarnya. Pemprov Banten harus mengklasifikasikan dulu, mana daerah wisata untuk wisatawan Nusantara dan mana yang untuk wisatawan mancanegara,” kata Ferdi usai pertemuan dengan jajaran Pemprov Banten di Kantor Gubernur Banten saat memimpin delegasi kunjungan kerja Komisi X ke Kota Serang, Banten, Jumat (16/12).

Menurutnya, pengembangan Tanjung Lesung sebagai objek wisata perlu dilakukan secara holistik, bukan hanya Tanjung Lesungnya sendiri, tapi daerah-daerah sekitar dan masyarakatnya harus diberdayakan.
 
Tanjung Lesung sudah ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus dan destinasi wisata utama oleh pemerintah pusat oleh sebab itu "branding" dan promosi mestinya diikuti dengan agenda kegiatan budaya oleh Pemprov Banten.

"Di sinilah peran masyarakat akan terlihat dalam mempromosikan destinasi wisata unggulannya. Sektor pariwisata bisa menjadi penggerak ekonomi rakyat. Bahkan, kelak pariwisata bisa menjadi indikator asumsi dasar ekonomi dalam APBN dan tidak lagi bergantung pada migas yang cadangannya segera habis. Dibutuhkan anggaran, memang, untuk itu semua. Dan anggaran untuk mempromosikan Tanjung Lesung tidak hanya di Kementerian Pariwisata, tapi juga ada pos anggaran yang disimpan di Kementerian PUPR untuk membangun infrastruktur pariwisata," katanya.

Ferdiansyah mengaku sudah melakukan rapat koordinasi dengan Menteri Pariwisata guna memfokuskan daerah tujuan wisata menjadi andalan untuk wisatawan Nusantara dan wisatawan mancanegara.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2016