Jakarta/Bangkok (ANTARA News) - Para penegak hukum di Asia Tenggara siap siaga menjelang Natal dan Tahun Baru setelah dua rencana serangan bom digagalkan Australia dan Indonesia, serta setelah Malaysia menangkap para tersangka militan.

Hari ini polisi Australia berhasil menggagalkan serangan teror di situs-situs terkenal di Melbourne pada Hari Natal. Komplotan teror ini disebut Australia sebagai ancaman teroris yang nyata dan diilhami oleh ISIS.

Pengumuman Australia ini dilakukan setelah serangan teror di Berlin di mana seorang keturunan Tunisia menyerudukkan truk yang dibawanya untuk menewaskan 12 orang.

Reuters juga menyoroti serangkaian langkah Indonesia melumpuhkan para tersangka teror di berbagai daerah dalam beberapa hari terakhir. Kantor berita Inggris ini menuliskan bahwa Indonesia menggelarkan 85.000 polisi dan 15.000 tentara untuk perayaan Natal dan Tahun Baru.

Di Malaysia di mana ISIS bertanggung jawab atas serangan lemparan granat ke sebuah bar di pinggiran Kuala Lumpur Juni silam, berkata pekan ini bahwa mereka telah menangkap tujuh orang terduga jaringan militan.

Polisi Malaysia akan mengawasi terminal-terminal, pusat hiburan dan titik-titik wisatawan. "Kami berusaha untuk tidak menampilkan kehadiran fisik di depan publik dan fokus kepada pencegahan," kata Wakil Menteri Dalam Negeri Nur Jazlan Mohamed. "Orang harus merasa bebas menikmati liburan mereka."

Sementara itu Thailand berencana menggelarkan sekitar 100.000 polisi untuk berpatroli sampai pertengahan Januari tahun depan. Thailand mengakui keawasan mereka terhadap bahaya teror kali ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu.

Juru bicara kepolisian nasional Thailand Kissana Phathancharoen menyatakan intelijen memang tidak menunjuk kemungkinan adanya serangan teror, namun "kami tak membiarkan para penjaga kami lengah."

Singapura juga berencana menggelarkan polisinya di pusat-pusat wisatawan dan perbelanjaan. Polisi Singapura menyatakan akan memeriksa isi tas dan bawaan orang-orang.

Juru bicara keuskupan gereja Katolik Singapura mengatakan gereja-gereja memiliki orang-orang yang sudah terlatih mengawasi pihak-pihak mencurigakan. Katedral St Andrew bahkan dipasangi lebih banyak kamera CCTV dan menggandakan jumlah penjaganya, demikian Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2016