Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mewaspadai kemungkinan terjadinya kenaikan harga bahan pangan internasional termasuk gandum karena pengaruh perubahan iklim dan cuaca yang terasa aneh di seluruh dunia. "Ini memang ada cuaca yang aneh, bukan yang lazim. Dan itu terjadi di seluruh dunia, seperti Australia yang mengalami kekeringan dan itu membuat harga-harga pangan mengalami kenaikan sangat signifikan," kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan, Bayu Krisnamurthi di Jakarta, Rabu. Bayu menyebutkan, negara-negara lain sudah melakukan langkah pengamanan untuk menjaga pemenuhan pasokan mengantisipasi kemungkinan kenaikan harga pangan internasional karena pengaruh iklim dan cuaca. "Produk kering seperti gandum di dunia mempunyai keterkaitan satu dengan lain. Kalau misalnya gandum di Australia naik, maka harga beras di pasar dunia juga akan terpengaruh. Harga beras, kedelai, jagung, dan lainnya diperkirakan juga akan naik. Ini keanehan iklim global yang berpengaruh terhadap produk pangan," katanya. Ia menyebutkan, dari pengamatan yang dilakukan, akibat perubahan cuaca dan iklim harga pangan internasional sudah mengalami pergerakan kenaikan mulai November 2006 lalu. Kenaikan harga pangan seperti gandum dan kedelai di pasar internasional sudah mencapai sekitar 20 hingga 30 persen hingga saat ini. "Pengalaman tahun lalu, itu mudah merambat ke lainnya, termasuk beras. Pergerakan sudah ada tapi beberapa negara di Asia Tenggara sudah mulai panen sehingga menahan kenaikan," katanya. Bayu menyebutkan, harga beras internasional saat ini mencapai sekitar 305 hingga 310 dolar AS per ton. Angka itu lebih besar dibanding dengan angka pada Desember 2006 dan Januari 2007 yang masih sekitar 295 dolar AS per ton. "Kita lihat karena pengaruh perkiraan iklim global hampir semua komoditi terpengaruh harganya sehingga kita harus mengantisipasinya dari sekarang," katanya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007