Denpasar (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap perayaan Dharma Santi Nasional dapat dijadikan momentum untuk merajut persaudaraan yang hakiki di seluruh warga Indonesia. Harapan itu dikemukakan oleh Presiden Yudhoyono saat menghadiri perayaan Dharma Santi Nasional di panggung terbuka Arda Candra Taman Budaya, Bali, Sabtu malam. "Perayaan tersebut dapat dijadikan momentum untuk merajut persaudaraan yang hakiki yaitu membangun silaturahmi dan meningkatkan hubungan sosial di seluruh warga bangsa," kata Presiden yang malam itu mengenakan kemeja batik berwarna coklat keemasan. Menurut Presiden, persaudaraan atau kebersamaan adalah syarat mutlak untuk menjadi bangsa yang besar di masa mendatang. "Kita tidak akan menjadi bangsa yang besar jika kita tidak saling percaya, tidak saling peduli dan tidak berusaha saling membantu," ujarnya. Presiden berharap hubungan persaudaraan yang dijalin melalui Dharma Santi Nasional kali ini dapat terus dialirkan ke kalangan yang lebih luas. "Jaringan persaudaraan itu hendaknya tidak terbatas pada pemeluk agama Hindu saja tetapi juga antar-pemeluk agama yang berbeda," katanya. Dharma Santi Nasional adalah akhir dari perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1929. Sementara itu, Ketua Umum Peringatan Dharma Santi nasional Wayan Alit Antara berkata, "Kesemuanya ini memerlukan uluran tangan kita yang tulus ikhlas untuk berbagi kepada mereka yang serba kekurangan, meringankan beban mereka yang terkena bencana dan mengedepankan pikiran jernih menghadapi perbedaan." Ketua Umum Pengurus Harian PHDI Pusat, I Made Gde Erata, mengatakan bahwa tahun Saka merupakan tonggak sejarah yang menutup permusuhan antara suku-suku bangsa dan kebangkitan toleransi antar umat beragama pada tahun 78 Masehi. "Dewasa ini, makna ini diterjemahkan dalam pembentukan forum komunikasi antar umat beragama," katanya. Forum komunikasi itu, lanjut dia, diperlukan dalam rangka saling menghormati perbedaan masing-masing agama dengan tetap bisa hidup berdampingan dengan rukun dan damai. "Di samping itu kegiatan lintas agama, suku bangsa terus dikembangkan khususnya dalam rangka menjaga harmoni dan kedamaian kepada semua umat," ujarnya. Pada kesempatan itu Presiden dan Ibu Negara yang mengenakan pakaian adat Bali berwarna coklat keemasan menyaksikan pertunjukan tarian nusantara yang menunjukkan keanekaragaman di Indonesia. Tarian Nusantara merupakan sebuah koreografi tari berdurasi 25 menit yang terdiri dari pertunjukan gabungan sembilan tarian dari seluruh nusantara. Kesembilan tarian itu adalah tari Saraswati (Bali), tari Golek Ayun-Ayung (Yogyakarya), tari Jaipongan (Jawa Barat), tari Kecak (Bali), tari Pakarena (Sulawesi Selatan), tari Rantak (Sumatra Barat), tari Giring-Giring (Barito Timor), tari Berburu (Papua), dan tari Mandau (Kalimantan). Kesembilan jenis tari itu kemudian disatukan oleh sebuah burung Garuda yang membawa bendera Merah Putih sebagai simbol Indonesia. Hadir dalam kesempatan itu adalah Menteri Agama M Maftuh Basyuni, Menteri Perhubungan Hatta Rajasa, Menteri PU Djoko Kirmanto, Gubernur Bali Dewa Beratha dan segenap pemuka agama Hindu. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007