Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik internasional CSIS (The Centre for Strategic and International Studies), Bantarto Bandoro, mengatakan rakyat Amerika Serikat (AS) pada Pemilu Presiden mendatang berpotensi lebih mempercayai calon Presiden dari Partai Demokrat. "Perang Irak itu puncak evaluasi Bush atau Partai Republik di Irak dan bukti ketidakberhasilan rezim itu," kata Bantarto, di Jakarta, Senin. Ia mengatakan ketidakberhasilan itu mencerminkan kekalahan George W Bush yang pasti dirasakan sebagai pukulan terbesar baginya. "Saya kira dia atau calon-calon dari Partai Republik akan kesulitan untuk meyakinkan publik," katanya. Padahal di luar itu, publik telah lama teryakinkan dan sudah terpengaruh kampanye-kampanye dari calon Presiden asal Partai Demokrat. Bantarto memprediksikan pada Pemilu Presiden AS mendatang, calon dari Partai Demokrat akan lebih mendapatkan tempat di hati rakyat AS. Perang Irak dinilai banyak menelan anggaran atau biaya yang besar. Tercatat beberapa bulan lalu, Presiden Bush telah mengajukan anggaran perang sekitar 100 miliar dolar AS. Sebelumnya, DPR AS melakukan pemungutan suara mengenai rencana anggaran 124 miliar dolar AS untuk biaya perang di Irak dan Afghanistan pada tahun anggaran 2007. Namun, di dalam rencana anggaran itu dicantumkan kewajiban bagi Presiden Bush untuk menarik pasukan tempur AS dari Irak sebelum September 2008. Penarikan pasukan dari Irak merupakan isu sangat pelik, situasi yang belum kondusif bisa menjerumuskan Irak ke dalam perang saudara berkepanjangan. Padahal seperti diketahui perang Irak telah menewaskan 3.200 tentara AS dan merenggut nyawa puluhan ribu penduduk sipil Irak. Selama ini, Kongres sudah menyediakan lebih 500 miliar dolar AS untuk perang di Irak dan Afghanistan. Dari jumlah itu sebanyak 350 milar dolar AS untuk Irak. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007