Jakarta (ANTARA News) - Surat Utang Negara (SUN) resmi diperdagangkan di Bursa Efek Surabaya (BES) per 1 Mei 2007. "Perdagangan di BES ini bertujuan untuk memberikan transparansi harga yang lebih baik bagi perdagangan SUN, sehingga harga semakin konvergen," Kata Menteri Keuangan Sri Mulyani saat membuka perdagangan perdana SUN di BES, Jakarta, Selasa. Menurut Sri Mulyani, sebelumnya SUN hanya diperdagangkan di luar bursa atau `over the counter` (OTC) dan tidak wajib dilaporkan ke bursa. Namun demikian, lanjutnya, perdagangan OTC tetap dilanjutkan, karena perdagangan di bursa dimaksudkan hanya untuk memberikan alternatif bagi perdagangan SUN. Sementara itu Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu Rahmat Waluyanto mengatakan bahwa akses alternatif perdagangan akan dibuka seluas-luasnya untuk memberikan pilihan yang lebih banyak kepada investor. Menurut Rahmat, dengan banyaknya partisipasi para investor melalui bursa diharapkan perdagangan SUN akan semakin likuid. Transparansi harga tercipta dari besarnya selisih hasil (spread yield). "Semakin tipis `spread`-nya, maka semakin transparan," jelas Rahmat. Dia juga mencontohkan di beberapa negara maju selisih harga obligasi sudah mencapai 5 persen, dengan adanya perdagangan di BES spread yield akan mencapai 10-15 basis poin. "Kita 10-15 BPS dulu," tambahnya. Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utma BES Bastian Permana meminta kepada Bapapem-LK untuk segera membuat peraturan yang memperbolehkan bank untuk bisa bertransaksi di BES. Menurut dia, dengan diperbolehkan bank bertransaksi di bursa akan membuat transaksi semakin likuid, karena 60 persen lebih SUN dipegang oleh bank. Berdasarkan data BES, hingga 27 April 2007 total SUN yang diperdagangkan di pasar mencapai Rp422 triliun dan 7 miliar dolar AS. SUN yang diperdagangkan di pasar sekunder Rp123 triliun per 27 April naik dari Rp112 triliun per Januari 2007. Peningkatan itu terjadi sejak ada 18 dealer utama mulai aktif berdagang di pasar sekunder. Volume perdagangan juga naik menjadi 58 persen per 27 April 2007. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007