Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Hasyim Muzadi, menilai bahwa Amerika Serikat (AS) tak mungkin hengkang dari Irak sebelum balik modal guna membiayai perang dan mengeruk keuntungan ekonomis. "Kalau sekarang, modal AS untuk perang ke Irak belum kembali. Karena itu, AS sulit menarik pasukannya dari Irak sekarang," kata Hasyim saat dihubungi dari Jakarta, Selasa. Desakan dari berbagai pihak pun, menurut Hasyim, sulit mengubah kebijakan Presiden AS, George Walker Bush, terutama dalam pendudukannya terhadap Irak yang kaya minyak. "PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) saja tidak didengar, juga rakyatnya sendiri yang jadi korban kebijakan Bush," katanya. Namun demikian, tambah Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP) itu, perlawanan terhadap AS tetap harus digelorakan, meski sekedar berupa desakan moral. Sebagai negara yang berdaulat dan memiliki komitmen untuk ikut serta dalam memelihara perdamaian dunia dan keadilan sosial, Indonesia juga harus melakukan perlawanan. Salah satu caranya adalah melakukan pengggalangan dukungan parlemen negara lain pada sidang majelis Inter Parliamentary Union (IPU) ke- 116 di Nusa Dua, Bali, 29 April hingga 4 Mei 2007 untuk mendesak penarikan pasukan AS dan sekutunya dari Irak. Desakan terhadap upaya penarikan pasukan AS dari Irak, menurut Hasyim, bisa menjadi langkah tepat untuk menaikkan derajat bangsa Indonesia di mata dunia yang menurun akibat dukungan pemerintah Indonesia pada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menjatuhkan sanksi pada Iran. "Indonesia sebagai polopor gerakan non-blok bisa terangkat derajatnya. Indonesia bisa menyatakan keberpihakannya sebagai sebuah bangsa, bukan keberpihakan terhadap yang kuat," kata Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars (ICIS) itu. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007