Jakarta (ANTARA News) - Departemen Perhubungan (Dephub) mengakui hingga saat ini maskapai nasional belum siap menghadapi liberalisasi angkutan kargo di kawasan ASEAN mulai 2008. "Kami akui, maskapai domestik belum siap, tapi liberalisasi kargo sejak 2008 itu memacu untuk melakukan persiapan secara optimal agar ekspor meningkat dan ekonomi tumbuh," kata Direktur Angkutan Udara Departemen Perhubungan (Dephub), Tri S. Sunoko, kepada pers di Jakarta, Rabu. Menurut Tri, sejauh ini, maskapai khusus kargo di Indonesia hampir bisa dikatakan tidak ada jika dibandingkan dengan maskapai pengangkut penumpang berjadwal sekitar 16 operator. Ia mengemukakan, dari total empat maskapai, tercatat hanya sekitar 6-7 pesawat kargo yang dioperasikan. Mereka ini adalah Repex Air, Megantara Air dan Cardig Air serta Tri MG. Padahal, lanjutnya, potensi pergerakan kargo domestik yang diangkut mereka selama ini mencapai 322,710 ton pada 2005 dan turun menjadi 311,770 ton pada 2006. "Sedang untuk kargo luar negeri, potensinya pada 2005 sebesar 240.210 ton dan 2006 sebesar 300.820 ton. Dari data ini, belum jelas berapa yang diangkut maskapai domestik itu," katanya. Kebijakan liberalisasi kargo udara ASEAN, kata Tri, sudah disepakati akan dimulai secara penuh mulai 2008. "Indonesia menawarkan sejumlah kota untuk itu," katanya. Kota-kota yang bebas melayani kargo internasional berapa pun jumlahnya dan oleh maskapai mana pun itu, kecuali untuk domestik, antara lain, Batam, Balikpapan, Biak, Makassar, Manado, Palembang dan Pontianak. "Sementara untuk penumpang, secara bertahap sejak 2008 juga dimulai dari dan antar ibukota se-ASEAN. Liberalisasi penumpang akan dimulai pada 2010," demikian Tri S. Sunoko. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007