Bangkok (ANTARA News) - WWF menyatakan Amerika Serikat yang merupakan penyembur emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, adalah `penjahat terbesar` dari perubahan iklim. WWF menyerukan agar Washington segera mengubah sikapnya terhadap pemanasan global. "Mereka adalah penjahat terbesar dan mereka pelanggar terbesar dari iklim," kata Stephan Singer, ketua kelompok lingkungan hidup WWF dari unit kebijakan perubahan iklim. "AS harus mengambil tindakan serius terhadap perubahan iklim," kata Singer kepada wartawan di Bangkok, di mana para pakar di seluruh dunia menghadiri pertemuan selama sepekan yang bertajuk Forum Antar-Pemerintah mengenai Perubahan Iklim (IPCC), organ terkemuka PBB di bidang pemanasan global. Seraya menuding AS `mengabaikan pengetahuan` mengenai pemanasan global, WWF masih mengimbau Washington untuk memimpin dunia dalam mencegah perubahan iklim. "Apa yang terjadi di AS adalah penting, sebab AS masih merupakan pembuang emisi gas rumah kaca terbesar," kata Hans Verolme, direktur program perubahan iklim global WWF. "AS harus mengurangi karbon sebagai targetnya," kata Verolme. AS, kekuatan ekonomi terbesar di dunia, mengkonsumsi sekitar seperempat energi global dan menyebabkan hampir 30 persen dari emisi gas rumah kaca di seluruh dunia. Presiden AS, George W. Bush mendatangkan kemarahan para pakar lingkungan karena mengabaikan Protocol Kyoto 1995, yang bertujuan mengurangi gas buangan karbon dioksida yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim, seraya mengatakan bahwa hal itu akan berdampak pada ekonomi AS. Verolme menyatakan, tak hanya AS, tapi juga negara-negara industri top lainnya dari Kelompok Delapan (G-8), harus melakukan tindakan bersama untuk mencegah perubahan iklim. "Saya berpendapat bahwa G-8 seharusnya menunjukkan sikap kepemimpinannya. Mereka secara kolektif adalah pemegang kekuatan ekonomi terbesar di dunia, dan mereka seharusnya secara kolektif melakukan tindakan tersebut," katanya. Ia menambahkan, perubahan iklim adalah di antara topik penting pada pertemuan tingkat tinggi G-8 bulan depan di Jerman. Tetapi Verolme menyayangkan kurangnya kemauan politik dari para pemimpin dunia masih berlanjut, dan itu akan menghambat kemajuan dalam menangani perubahan iklim. "Kami dapat menangani perubahan iklim, namun kenyataannya akan tergantung pada kemauan politik. Kami inginkan aksi politik dari seluruh pemerintah," tegasnya. "Negara-negara tak bisa mempromosikan penggunaan energi yang bisa diperbarui. Yang membuat harga-harga energi saat ini, yang terus terang saya tidak tahu mengapa," kata pakar perubahan iklim ini seraya menambahkan, bahwa untuk itu memerlukan beberapa waktu bagi dunia untuk mendapatkan kepemimpinan politik seperti ini. "Sistem-sistem politik saat ini sangat rendah perubahannya. Hal itu seperti dikendalikan oleh super-tanker," ucapnya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007