Tapaktuan, Aceh (ANTARA News) - Sekira empat gajah yang selama ini berkeliaran di beberapa desa di Kecamatan Trumon Timur, kembali merusak puluhan hektar tanaman palawija dan perkebunan sawit di Desa Ie Jeurneh, Kecamatan Trumon, Kabupaten Aceh Selatan. "Kawanan gajah yang diperkirakan empat ekor, kembali merusak perkebunan warga di Desa Ie Jeurneh, sebelumnya gajah-gajah itu telah merusak lahan pertanian dan meresahkan penduduk di Desa Naca Trumon Timur," kata Direktur Institute of Society Development Strategy (Insosdes), T. Masrizal, di Tapaktuan, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Kamis. Aksi gajah liar tersebut menimbulkan keresahan warga di dua kecamatan itu, sehingga warga melakukan upaya untuk membunuh dan meracun binatang dengan mengolesi racun mematikan pada tanaman yang digemarinya. Selain itu, warga juga meminta aparat untuk menembak mati gajah itu bila tidak segera ditanggulangi. Menurut Masrizal, aksi kawanan gajah yang kian meresahkan warga itu belum ditanggapi serius oleh pihak terkait meskipun tokoh masyarakat dan warga Trumon yang menjadi korban amukan binatang dilindungi itu telah melapor ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Selain bertemu dengan Kepala BKSDA NAD dan Yayasan Leuser Internasional (YLI), warga juga bertemu dengan Wakil Gubernur (Wagub) NAD, Muhammad Nazar, dan Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) untuk meminta Pemerintah dan pihak terkait membantu mengatasi gangguan gajah. Dikatakannya, untuk menjinakan gajah-gajah tersebut BKSDA membutuhkan dana sebesar Rp240 juta. Sebelumnya Wagub NAD mengarahkan untuk menggunakan dana tanggap darurat untuk penanggulangan bencana namun harus melalui mekanisme dan persetujuan legislatif. Rombongan yang dipimpin Kepala Desa Naca, Ramli Hajnur, juga mengadukan nasib mereka kepada Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) NAD dan Nias untuk membantu dana penanggulangan gajah liar dan memberikan modal usaha yang untuk membangun kembali sarana pertanian yang rusak dan hancur akibat dirusak binatang itu. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007