Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di Pasar Spot Antar-Bank Jakarta pada sesi Jumat sore menguat tajam jauh di bawah level Rp9.000 per dolar AS menjadi Rp8.970/8.990 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.046/9.074 per dolar AS atau naik 76 poin. Pengamat pasar uang, Farial Anwar, di Jakarta mengatakan bahwa besarnya dana asing yang masuk ke pasar uang memicu rupiah dan indeks harga saham gabungan menguat tajam yang saat ini telah mencapai di atas 2.000 poin. "Kenaikan rupiah yang jauh dibawah level 9.000 karena pelaku asing aktif memburu rupiah di pasar uang dan menempatkan dananya di Sertifikat Bank Indonesia (SBI)," katanya. Rupiah yang terus menguat itu juga ditahan oleh Bank Indonesia (BI) dengan masuk ke pasar melakukan intervensi agar kenaikan itu tidak terlalu cepat, katanya. Kalau BI membiarkan rupiah di serahkan pada pasar, mata uang lokal itu kemungkinan sudah berada dibawah level 8.800 per dolar AS, ucapnya. Meski demikian, menurut dia, kenaikan rupiah yang cukup cepat itu tidak menimbulkan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, karena sampai saat ini tingkat pengangguran masih tinggi akibat tidak adanya lapangan kerja baru. Oleh karena, pertumbuhan ekonomi saat ini hanya didukung oleh sektor konsumer dan meningkatnya harga komoditas primer yang mendorong cadangan devisa Indonesia meningkat tajam, katanya. Untuk itu, menurut dia, pemerintah harus segera mewaspadai dan memantau terus pergerakan rupiah, agar tidak merosot tajam setelah menguat hingga menembus level Rp9.000 per dolar AS. Rupiah juga kemungkinan dalam waktu tidak lama akan kembali di posisi Rp9.000 per dolar AS, setelah dukungan pasar yang positif itu mulai berkurang dengan kembali masuknya BI ke pasar, katanya. Ditanya mengenai peran eksportir, menurut dia, tidak ada masalah, karena eksportir sudah menikmati keuntungan, bahkan dengan rupiah pada posisi ini eksportir masih menerima keuntungan tersebut. BI seharus memikirkan pertumbuhan ekonomi yang memberikan dampak positif terhadap masyarakat luas. "Kami lebih senang apabila rupiah terus menguat yang berdampak positif terhadap masyarakat terutama mengenai daya beli yang selama ini melemah," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007