Jakarta (ANTARA News) - Lama tak beredar di kancah politik nasional, ternyata tak membuat orang lupa untuk mencalonkan mantan menteri pertahanan keamanan/panglima ABRI Jenderal (Pur) Wiranto, sebagai salah satu kandidat dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) hasil perombakan (reshufle). "Saya, saya kandidat, wah ini ngawur. Ngawur," kata Wiranto, sambil tersenyum dan tertawa renyah kepada wartawan yang mengejarnya, setelah memberikan paparan dalam dengar pendapat ketiga Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) RI-Timor Leste di Jakarta, Sabtu. Proses dengar pendapat tersebut diadakan 2-5 Mei, dan bukan bertujuan menyeret para pelaku dan saksi ke pengadilan. Dengar pendapat pertama dilaksanakan di Denpasar, Bali, 19-20 Februari 2006, dan kedua 26-30 Maret 2007 di Jakarta. Bisa dikatakan, setelah sempat mencalonkan diri sebagai calon presiden pada Pemilu 2004, pria kelahiran Yogyakarta itu tak lagi terdengar kiprahnya di dunia politik. Namanya kembali disebut-sebut, setelah mantan orang nomor satu di militer negeri ini tersebut mendeklarasikan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) sebagai kendaraan politiknya yang baru pada penghujung 2006. Konon, mantan panglima TNI itu dicalonkan sebagai Menko Politik, Hukum dan HAM (Polhukam), sebuah tanggungjawab yang sempat diembannya selama satu tahun semasa kepemimpinan presiden Abdurahman Wahid. "Sudahlah," ujar Wiranto, masih dengan tawa ringan ketika para kuli tinta mendesak pria kelahiran 60 tahun silam itu untuk berkomentar seputar pencalonannya sebagai salah satu menteri dalam KIB hasil perombakan babak kedua. Perombanak babak pertama dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2005 di Istana Kepresidenan Gedung Agung, Yogyakarta.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007