Muara Teweh (ANTARA News) - Ribuan warga yang berprofesi sebagai petani karet di wilayah kabupaten Barito Utara (Barut) Kalimantan Tengah kini menghentikan kegiatan akibat kebunnya terendam banjir yang melanda daerah ini sudah memasuki hari ke empat. Informasi yang dihimpun ANTARA News di Muara Teweh, Minggu, menyebutkan bahwa kawasan pohon karet yang terendam banjir dengan ketinggian 1 meter akibat meluapnya sungai Barito sebagian besar dialami warga kecamatan Lahei. Hampir seluruh desa di kecamatan Lahei baik yang berada di pinggiran sungai Barito maupun pedalaman sungai Lahei (anak DAS Barito) terendam banjir. "Sudah tiga hari terakhir aktifitas menyadap karet terhenti karena tanaman karet dan desa tempat tinggal kami terendam banjir," kata Badu warga desa Benao kecamatan Lahei. Menyadap karet merupakan mata pencaharian utama bagi warga di kecamatan Lahei, sehingga dengan banjir yang masih melanda kabupaten pedalaman Kalteng ini perekonomian masyarakat setempat mulai terganggu. Sementara itu, Camat Lahei Drs Th Varia Sinseng mengakui hampir semua desa di wilayahnya terendam banjir akibatnya usaha utama masyarakat seperti menyadap karet mulai terganggu. Warga yang bekerja menyadap karet di wilayah kecamatannya mencapai ribuan orang tersebar pada 23 desa yang ada di pinggiran sungai Barito maupun sungai Lahei. Menurut dia, saat ini seluruh desa di pedalaman sungai Lahei antara lain Muara Inu, Bengahon, Rahaden, Muara Pari, Karendan dan Haragandang terendam banjir setinggi 1 meter, sedangkan desa di pinggiran sungai Barito diantaranya kelurahan Lahei II, Benao Hilir, Teluk Malewai, Papar Pujung, Mukut dan Nihan. Sementara itu, Camat Montallat, Drs Tursia Raya Teddy, menyatakan bahwa petani karet di kecamatannya mulai terganggu karena tanamam karet mereka terendam banjir.Namun jumlahnya diperkirakan hanya sekitar ratusan warga yang tersebar pada beberapa desa. "Kami masih belum menerima laporan dari para lurah dan kepala desa mengenai dampak banjir saat ini," ujarnya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007