Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Saifullah Yusuf, yang disebut-sebut bakal tergusur dari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB), menganggap bahwa proses "reshuffle" (perombakan) kabinet terlalu lama, sehingga dapat mengganggu pekerjaan dan juga kehidupan keluarga. "Terlalu lama diambangkan," kata Saifullah saat mengemasi barang-barang pribadinya di kantor Kementerian PDT, Jakarta, Minggu. Ia mengatakan, sebenarnya "reshuffle" kabinet merupakan hal yang biasa termasuk di luar negeri. Namun, katanya, jika prosesnya terlalu lama, maka banyak kegiatan yang menjadi tertunda atau menjadi tidak pasti. Bahkan, ia mengemukakan, anaknya yang baru kelas lima Sekolah Dasar (SD), Selma Halida, sering ditanya orang, apakah ayahnya jadi di-"reshuffle" atau tidak? Namun demikian, Saifullah menyatakan, tidak sakit hati krpada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Saya tidak sakit hati. Saya tetap akan membantu Presiden meski di luar sistem," katanya. Saat berkemas-kemas di kantornya itu, Saifullah terlihat beberapa kali menerima telepon, antara lain dari Wapres M. Jusuf Kalla dan Ketua MPR, Hidayat Nurwahid. Dia menjelaskan bahwa Wapres meminta dirinya tidak risau, karena para pemimpin yang ada sekarang juga hasil "reshuffle". Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor itu selanjutnya menyatakan lega, karena akhirnya ada kejelasan mengenai "nasibnya" setelah sekian lama rencana "reshuffle" terkesan diambangkan. Ada sinyalemen bahwa Saifullah diganti lantaran dianggap bukan lagi mewakili Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Apalagi, posisi Menteri PDT selanjutnya diduga kuat akan diisi Sekretaris Jenderal PKB, Lukman Edy, yang sudah dipanggil Presiden Yudhoyono di kediaman pribadi di Cikeas, Sabtu (5/5). Saat ini, Saifullah masuk ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP). (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007