Bambang juga mengajak masyarakat untuk mulai meninggalkan kendaraan pribadi dan beralih ke transportasi massal sehingga dapat berkontribusi mengurangi kemacetan. "MRT diharapkan tidak sekedar alat transportasi bagi masyarakat Jakarta, tapi juga pendorong aktivitas ekonomi, karena di tiap-tiap stasiun dapat dijadikan pusat bisnis dan perbelanjaan," ujar Bambang di depan awak media.
Baca juga: (Bappenas: pembangunan MRT bukan untuk gagah-gagahan)
Anggaran operasional MRT diproyeksikan lewat penggabungan antara anggaran dari pemerintah dan pemasukan dari bisnis MRT itu sendiri. Contoh praktik terbaik adalah pengelolaan MRT di Hong Kong, dimana pemerintah menggandeng para pemilik properti di sepanjang rel melalui konsep Transit Oriented Development (TOD).
Baca juga: (Pembangunan MRT terus berjalan baik)
"Jadi di sepanjang rel MRT dibangun berbagai fasilitas komersial, seperti pusat perbelanjaan hingga apartemen. Dengan skema TOD, MRT Hong Kong dapat beroperasi secara independen, bahkan mereka meraup untung yang luar biasa," Ujar Bambang.
Konsep pengelolaan MRT dengna menggunakan skema TOD patut menjadi pertimbangan agar kehadiran MRT nantinya tak hanya dapat bermanfaat sebagai alat transportasi massal yang efektif dan efisien, tapi juga memberi dampak ekonomi yang signifikan bagi negara.
Baca juga: (Pemerintah kebut pembangunan MRT)
Pewarta: prwir
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2017