Aceh Besar (ANTARA News) - Aparat kepolisian Polsek Krueng Barona Jaya, Kabupaten Aceh Besar menangani kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan Kepala sekolah terhadap siswi SMA Negeri-I, Desa Lam Ujung daerah setempat. "Penyelidikan kasus tersebut akan kami teruskan ke Poltabes Banda Aceh karena keterbatasan personil di Polsek," kata Kapolsek Baruna Jaya, Ipda M Saepudin di Aceh Besar, Selasa. Dia mengatakan, sejauh ini tiga siswi telah melapor dan menurut keterangan sementara, oknum Kepala Sekolah mereka berinisial Anw telah menyentuh bahu mereka. Dikatakannya, ada dua kemungkinan bila kasus tersebut dilimpahkan yaitu Poltabes menerima dan melanjutkan penyidikan atau melakukan penyidikan dari awal. Pada Senin (7/5) lebih 600 siswa SMAN I Desa Lam Ujung menggelar aksi demo menuntut diberhentikannya kepala sekolah mereka terkait dugaan pelecehan seksual terhadap sejumlah siswi di lembaga pendidikan tersebut. Demo dugaan pelecehan seksual yang mendapat pengawalan dari polisi tersebut, berlangsung panas karena keinginan siswa berdialog langsung dengan kepala sekolah gagal. Oknum kepala sekolah mengurung diri di dalam ruangan. Para siswa menyatakan, tuduhan terhadap kepala sekolah yang melakukan pelecehan seksual terhadap siswi tersebut berdasarkan fakta dan bukan mengada-ada, karena semua korban bersedia memberikan kesaksian untuk mengungkap kebenarannya. Menurut sejumlah siswi, kasus pelecehan seksual oleh kepala sekolah terhadap anak didiknya tersebut di antaranya, berupa ciuman, mengelus-elus bagian terlarang dan menggerayangi kantong murid perempuan saat berada di dalam ruang kepala sekolah tersebut. Selain itu, siswa juga menuntut kepala sekolah bertanggung jawab terhadap pemotongan dana Bantuan Kemiskinan (BKM) untuk murid sebesar Rp100.000/siswa oleh pihak sekolah. Sebanyak 300 siswa SMAN menerima BKM sebesar Rp390.000/semester (enam bulan) tersebut, dipotong oleh pihak sekolah sebesar Rp60.000 untuk pendidikan dan Rp40.000 untuk pakaian seragam sekolah. "Bantuan ini untuk siswa yang miskin dan orangtua mereka kesulitan menyekolahkan anaknya. Kebijakan sekolah sudah di luar kewajaran," kata sejumlah murid dalam aksi tersebut. Kasus lain, kepala sekolah juga dinilai arogan dalam memutasikan guru ke sekolah lain tanpa alasan yang jelas dan selain mengeluarkan siswa karena dianggap melanggar disiplin sekolah. Kepala Sekolah SMAN-I berinisial `Anw` yang ditemui sejumlah wartawan saat berlangsung unjuk rasa di dalam ruangannya, membantah segala tuduhan pelecehan seksual terhadap muridnya. Tuduhan itu tidak benar. Biasa sebagai kepala sekolah bercanda menepuk bahu murid, katanya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007