Kupang (ANTARA News) - Timor leste tetap berkiblat ke Indonesia dalam membangun hubungan kerjasama internasional, terlepas dari siapa yang bakal menjadi presiden di negara miskin itu untuk menggantikan Xanana Gusmao. "Jika Jose Ramos Horta atau Francisco "Lu Olo" Guterres yang terpilih menjadi Presiden Timor Leste, kiblat mereka tetap ke Indonesia sebagai negara tetangga terdekat dalam membangun hubungan kerjasama internasional," kata pengamat hukum internasional, DR Marnixon RC Willa SH. MHum ketika dihubungi Rabu. Ia mengemukakan pandangannya berkaitan dengan pemilu presiden di Timor Leste putaran kedua yang untuk sementara masih dipimpin oleh Jose Ramos Horta yang juga Perdana Menteri dan mantan Menlu itu. Menurut staf pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang itu, prospek Ramos Horta jauh lebih baik dalam membangun hubungan internasional dengan negara-negara lain ketimbang Lu Olo yang selama ini terkenal sebagai pejuang dari Partai Fretilin itu. "Sebagai figur yang pernah meraih hadiah Nobel Perdamaian, saya melihat prospek Ramos Horta jauh lebih bagus dalam membangun hubungan kerjasama dengan negara-negara lain, terutama Indonesia," ujarnya. "Figur Lu Olo bukan juga tidak berprospek dalam membangun hubungan kerjasama internasional dengan negara-negara lain, terutama Indonesia, namun tidak sebagus Ramos yang sudah cukup berpengalaman dalam membangun kerjasama internasional," ujarnya. Sumber-sumber resmi menyebutkan Ramos Horta kemungkinan besar keluar sebagai pemenang dalam pilpres putaran kedua di Timor Leste, karena figur ini sangat dikagumi oleh Australia untuk membicarakan masalah migas di Laut Timor ketimbang Francisco Guterres yang lebih menjunjung tinggi nasionalisme Timor Leste soal masalah migas di Laut Timor. Hal ini nampak pula dari dukungan Australia terhadap upaya penggulingan Mari Alkatiri dari kursi perdana menteri beberapa waktu lalu yang kemudian mendukung naiknya Ramos Horta untuk menduduki kursi perdana menteri. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007