Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta media massa untuk memiliki "self sensoring" (sensor diri) yang akan menjadi kontrol mandiri dalam mengeskpresikan sebuah pemberitaan. "Eranya telah tiba dalam kehidupan pers. Tidak layak lagi ada kontrol yang berlebihan. Tidak ada larangan di sana sini termasuk tindakan pembredelan yang justru kontra produktif dan tidak sehat," kata Yudhoyono dalam sambutannya ketika menghadiri acara sewindu harian "Rakyat Merdeka" di Jakarta, Jumat malam. Menurut kepala negara, media massa seharusnya sudah lebih dewasa dalam menilai dan menyajikan mana saja pemberitaan yang sesungguhnya dan mana yang melampaui batas kepatutan serta mana yang tidak mendatangkan kemaslahatan kepada negara. Diakui oleh Presiden, banyak pihak yang menyebutkan hubungan antara pemerintah dengan pers adalah "hate and love" (benci tapi rindu). "Itu terjadi di negara mana pun dan bangsa mana pun sehingga antara pemerintah dan media massa bisa menjalin hubungan persahabatan demi kemajuan demokrasi," katanya. Acara itu juga dihadiri oleh ibu Ani Yudhoyono, Ketua DPR Agung Laksono, Wagub DKI Jakarta, Fauzi Bowo, beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu dan politisi Rachmawati Soekarnoputri. Dalam peringatan itu, harian Rakyat Merdeka juga menggelar pertunjukan seni wayang golek dengan judul "Rakyat Mengadu, Pemimpin Bertindak" dengan dalang Asep Sunandar Sunarya. Di tengah pagelaran wayang golek, Yudhoyono ikut berdialog dengan tokoh wayang bernama Cepot. Pada dialog itu, Cepot mempertanyakan soal sejumlah masalah yang dihadapi negeri seperti bencana alam, kecelakaan hingga situasi politik yang cenderung mementingkan partai dan golongan tertentu. Cepot juga menanyakan beras miskin yang tidak sampai ke orang miskin, dana dari Unesco untuk pengembangan seni wayang tapi sampai sekarang tidak pernah sampai ke dirinya. Presiden menjawab, bahwa dalam mengatasi bencana, pemerintah dan rakyat harus bahu membahu dalam mengatasi bencana. Presiden berjanji lebih memperhatikan kesenian dan kebudayaan yang merupakan bagian dari kebidupan berbangsa.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007