Kandahar (ANTARA News) - Seorang pekerja bantuan Perancis yang ditangkap oleh Taliban sekitar sebulan lalu dibebaskan Jumat, kata seorang jurubicara kelompok gerilya tersebut. Eric Damfreville dari Terre d`Enfance, sebuah organisasi yang membantu anak-anak di Afghanistan baratdaya, diserahkan kepada para sesepuh suku di provinsi Kandahar, Afghanistan selatan, kata juruicara Taliban Qari Mohammad Yousuf. Warga Perancis itu kemudian diserahkan kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Damfreville diculik bersama tiga orang Afghanistan rekan kerjanya di wilayah baratdaya negara itu pada awal April. "Dewan Syura Taliban memutuskan membebaskannya karena presiden Perancis yang baru terpilih... telah menyatakan bahwa Perancis akan mempertimbangkan penarikan pasukan Perancis dari Afghanistan," kata Yousuf kepada Reuters melalui telefon dari sebuah lokasi yang dirahasiakan. Taliban menuntut pembebasan anggota-anggota mereka yang ditahan oleh pemerintah Afghanistan dan penarikan sekitar 1.100 prajurit Perancis dari negara itu sebagai imbalan atas pembebasan para sandera tersebut. Yousuf tidak memberikan pernyataan tentang ketiga orang Afghanistan yang masih ditahan itu. Di Paris, Menteri Luar Negeri Perancis Philippe Douste-Blazy mengkonfirmasi bahwa pekerja bantuan Perancis itu telah dibebaskan. "Saya bisa mengkonfirmasi bahwa ia telah dibebaskan," katanya pada jumpa pers. Perancis menempatkan sekitar 1.100 prajurit di Afghanitan setelah menarik sekitar 200 prajurit elit, yang beroperasi di bawah komando AS, pada tahun ini. Koalisi pimpinan AS menempatkan sekitar 12.000 prajurit di Afghanistan, sementara lebih dari 30.000 prajurit lain berada di negara Asia tengah itu dalam naungan Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO. Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di Afghanistan oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007