Banda Aceh (ANTARA News) - Frekuensi dan volume gempa bumi yang terjadi dalam wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) selama sepekan terakhir ini dilaporkan menurun dari 10-15 kali menjadi 5-6 kali per hari. Kepala Stasiun Geofisika Mata Ie, Banda Aceh, Syahnan, Sabtu, menyebutkan selain frekuensinya menurun juga volumenya semakin melemah menjadi rata-rata antara dua sampai tiga pada skala richter (SR), sedangkan sebelumnya berkekuatan antara 3-4 SR. Meskipun fenoma alam yang terjadi dalam sepekan terakhir ini tergolong tenang, keadaan itu belum bisa dijadikan indikator frekuensi gempa di Aceh menurun serta volumenya melemah karena letak geografis daerah ini berada pada jalur rawan gempa bumi. "Yang jelas, selama sepekan ini terakhir ini fenomena alam di Aceh cukup tenang, berbeda dengan pekan-pekan sebelumnya," tambah Syahnan. Gempa terakhir yang tergolong kuat melanda kota Banda Aceh dan sekitar pada 27 April 2007, yakni 5,9 pada skala richter, sehingga menimbulkan kepanikan dikalangan warga, namun tidak ada korban jiwa manusia. Pasca gempa utama 26 Desember 2004 yang disertai bencana tsunami, frekuensi gempa di wilayah ujung barat Indonesia itu tidak pernah sepi gempa bumi, namun sebagian besar pusatnya di laut arat sebalah barat daya kota Banda Aceh. "Saya kira hingga pekan-pekan mendatang, gempa masih akan terjadi di Aceh, namun kekuatannya belum bisa diprediksi, namun masyarakat diminta tetap waspada dan jangan panik pada setiap merasa getaran gempa bumi," demikian Kepala Stasiun Geofisika Mata Ie Syahnan.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2007