Jakara (ANTARA News) - "Setiap kalo APBN bolong, tangan kita gatal. Dijual semen Gresik, PLN, Garuda. Lalu, apa yang kita miliki?" kata mantan Ketua MPR, Amien Rais. Ia menyayangkan sikap pemerintah yang secara mudah menjual sejumlah aset bangsa seperti itu, seusai menjadi pembicara kunci dalam seminar nasional bertema "Nasionalisasi Aset Demi Kesejahteraan Bangsa" di Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Senin. Amien mengatakan, jika privatisasi dilakukan, maka secara pelan-pelan Indonesia mengalami pemindahan hak milik. Oleh karena itu, Presiden yang selama ini terkesan agak ragu-ragu dan terkesan hati-hat,i serta tidak berani melangkah harus mengambil tindakan setelah ada perombakan kabinet (reshuffle). Ancaman itu, menurut mantan pendiri dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu, terlihat dari pemberian izin hak pakai tanah bagi orang asing hingga 90 tahun dan tidak membeda-bedakan pengusaha dalam negeri dan luar negeri. "Itu ibarat anak TK diadu dengan mahasiswa atau petinju Cris Jhon diadu dengan Mike Tyson," ujarnya. Dalam kesempatan itu, Amien kembali menilai saat ini bangsa Indonesia telah kehilangan kemandirian, bahkan bagaikan telah tercuci otaknya, sehingga bangsa Indonesia belum bisa mandiri, belum pantas merdeka dan sepenuhnya masih tergantung dengan meminta bantuan keuangan, teknologi, dan manejerial dari pihak asing. "Kalau ini masih menyelimuti kita, sampai kapan pun kita tidak akan pernah jadi bangsa merdeka, seperti cita-cita Bung Karno. Jadi, saya kira agenda reformasi masih sangat berat," katanya. Oleh karena itu, ia menegaskan, saat ini yang penting adalah pemulihan kemandirian bangsa, agar aset bangsa bisa diproteksi, kemudian mencuatkan kemampuan nasional, kemampuan manejerial, dan nasionalisme. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, namun tidak mandiri, takut kepada Singapura dan takut kepada Amerika Serikat (AS). Termasuk dalam kasus kerusuhan Mei 1998, Amien menilai, hal itu masih terkait dengan rantai kekuasaan yang masih menjadi kelanjutan dari masa Orde Baru, sehingga dirinya tidak yakin dalang peristiwa Mei 1998 dan dalang kematian Munir bisa dikejar. "Semua terpulang pada Presiden. Jika tidak ada kemajuan, berarti memang sang komandan yang belum berhasil. Sementara, DPR masih menjadi tukang stempel saja," ujarnya. Amien berharap, DPR bisa dapat menggunakan hak interpelasinya dengan menghadirkan Presiden ke Senayan. "Jika DPR sungguh-sungguh bisa menghadirkan Presiden ke Senayan, diberi kesempatan interpelasi, saya akan potong ayam dua ekor," ujarnya. Amien melihat indikasi bahwa hak interpelasi itu, akan terwujud sekitar dua minggu mendatang, setelah dirinya mendapat bocoran. "Saya semalam ketemu Ketua Badan Kerjasama Antar-Parlemen DPR RI, Abdillah Toha. Ia mengatakan, Pak Amien anda harus menyembelih ayam dua minggu lagi," demikian Amien Rais. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007