Jakarta (ANTARA News) - Militer Thailand diminta menunjukkan fakta dan bukti kuat yang menunjukkan keterlibatan Warga Negara Indonesia (WNI) dalam melatih para pejuang Melayu di Thailand Selatan. "Tudingan semacam itu, tidak bisa asal dilontarkan. Harus didukung dan data dan fakta yang akurat," kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI, Marsekal Pertama TNI Sagom Tamboen menjawab ANTARA, di Jakarta, Senin. Sebelumnya, juru bicara militer Thailand, Kolonel Acra Tiproch, mengungkapkan adanya keterlibatan warga Indonesia dalam pelatihan pejuang Melayu di Thailand Selatan. Hal itu didasarkan pada kemampuan para pejuang Melayu yang sebelumnya jarang dimiliki para pejuang. "Anda harus betul-betul mengetahui bagian tulang leher tertentu yang mudah untuk mengayau seseorang. Dan orang-orang Thai betul-betul tidak tahu caranya. Perlu orang terlatih di luar negeri atau pelatih asing untuk mengajari mereka," katanya, seperti yang dilansir Kantor Berita Reuters. Berdasar pemeriksaan terhadap pejuang Melayu yang tertangkap, diketahui adanya pelatih asing, diduga warga Indonesia, yang menjadi pelatih dengan menyamar sebagai penerjemah. Sagom mengatakan tudingan berdasarkan keterangan pejuang Melayu yang tertangkap itu belum sah menunjukkan adanya keterlibatan warga Indonesia untuk memberikan pelatihan bagi penjuang melayu di Thailand Selatan. "Mereka (Pemerintah dan militer Thailand-red) tetap harus memberikan data dan fakta yang akurat soal itu, untuk kemudian diserahkan pada kementerian luar negeri masing-masing negara untuk ditindaklanjuti," katanya. Kapuspen menambahkan jangan sampai tudingan itu diarahkan semata untuk mendiskreditkan kelompok atau negara tertentu, terutama yang mayoritas Muslim mengingat sebagian besar warga Thailand Selatan beragama Islam. Perlawanan pejuang Melayu terhadap pemerintahan sah Thailand dalam tiga tahun terakhir telah menewaskan sekitar 2.100 orang di daerah ujung selatan Thailand yang dicaplok pemerintah pada seabad silam. Pada Senin (14/5) dengan menggunakan senjata M-16 seorang pejuang Melayu menembak pasangan suami istri Thailand di perkebunan karet di Propinsi Yala, dan membawa pergi kepala sang suami. Seruan dan desakan kepada pemerintah Thailand untuk bertindak lebih tegas terhadap para pejuang, tampaknya tidak dihiraukan oleh Perdana Menteri Surayud Chulanont. Pemerintah berserikeras untuk menyelesaikan masalah di Thailand Selatan dengan cara damai, meski hingga kini kekerasan masih terus terjadi di wilayah itu. (*)

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2007