Volzhsky Utyis, Rusia (ANTARA News) - Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengecam keras tetangga-tetangga Baltiknya, Estonia dan Latvia, pada Jumat, dan menuduh mereka melakukan pelanggaran "yang tidak bisa diterima" hak-hak warga yang berhahasa Rusia. "Pelanggaran-pelanggaran hak penduduk berbahasa Rusia di dua negara itu tidak dapat diterima dan tidak layak di Eropa," kata Putin dalam Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) Rusia dengan Uni Eropa (UE). Pernyataan-pernyataan itu, yang diungkapkan dalam jumpa wartawan dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel, dan ketua Komisi Eropa, Jose Manuel Barroso, dibuat di tengah-tengah ketegangan terjadi antara Moskow dan tiga republik Baltik yang pernah diduduki Moskow selama hampir 50 tahun setelah Perang Dunia II. Putin mengecam Estonia menyangkut penyingkiran satu monumen Perang Dunia II dari ibukota Estonia, Tallinn, yang memicu kerusuhan di kota itu. Ia menuduh serangkaian taktik keras digunakan untuk menyelesaikan kerusuhan itu, yang menewaskan seorang warga Rusia. "Mereka tidak saja membubarkan pengunjukrasa. Mereka membunuh seorang pengunjukrasa. Kami menuntut para pelaku kejahatan itu dihukum," katanya. Semua tiga negara Baltik itu, Estonia, Latvia dan Lithuania, bergabung dengan UE dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada 2004, yang menandakan lepasnya mereka dari pengaruh Rusia, yang pernah membawahi mereka dalam negara Uni Soviet. Mereka masing-masing memiliki minoritas Rusia, dengan minoritas paling banyak di Estonia dan Latvia. Kendati pun pihak UE yang bermarkas di Brussels, Belgia, mengamati secara seksama perlakuan negara-negara itu terhadap penduduk berbahasa Rusia sebagai satu syarat untuk dapat menjadi anggota UE, namun pihak Moskow tetap mengeluh bahwa mereka didiskriminasi, demikian laporan AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007