London (ANTARA News) - Pupus sudah impian Pangeran Harry, urutan ketiga ahli waris tahta Kerajaan Inggris, untuk mengabdikan dirinya kepada Ratu dan Negara dengan dikeluarkannya keputusan melarang anggota "Blue and Royal" pergi ke garis depan Perang Irak. Meskipun Harry yang baru berusia 22 tahun itu merasa sangat kecewa, keputusan dari sang komandan dapat dimaklumi oleh putra pasangan putra mahkota Inggris Pangeran Charles dengan mendiang Putri Diana. Kediaman resmi Pangeran Harry di Clarence House mengakui bahwa sang pangeran sangat kecewa dengan keputusan itu, namun menerima keputusan yang dibuat Jenderal Dannatt. Harian terkemuka Inggris, The Times, melaporkan bahwa Jenderal Sir Richard Dannatt yang mengatakan bahwa Harry harus bertugas selama enam bulan di garis depan, akhirnya berubah pikiran setelah mengadakan kunjungan ke Basra, Irak, pada minggu lalu. Richard Dannatt pada Kamis (17/5) mengeluarkan keputusan bahwa Pangeran Harry tidak akan dikirim ke Irak sebagai komandan pasukan kavaleri, karena adanya kebijaksanaan yang tidak dapat disebutkan. Sementara itu, rekan-rekannya anggota "Blue and Royal" sudah diberangkatkann ke Irak dan mengharapkan Harry untuk bergabung bersama mereka. Disebutkannya bahwa keputusan tidak dikirimnya Pangeran Harry ke Irak tidak ada campur tangan dari Keluarga Kerajaan. Keputusan komandan angkatan bersenjata Inggris itu juga membuat kontraversi dari kalangan keluarga anggota pasukan yang anak atau suami dikirim ke Irak, Beberapa keluarga yang anaknya menjadi korban di perang Irak merasa kecewa dengan keputusan itu, dan mengatakan apakah nyawa anak-anak atau suami mereka tidak lebih berharga daripada Pangeran Harry. Reg Keys, yang putranya berusia 20 tahun, Thomas, yang bergabung dalam pasukan Red Caps, terbunuh saat bertugas di Basra, mengatakan bahwa banyak keluarga yang anak-anak mereka juga merupakan pangeran dan putri bagi para keluarganya, dan mereka merasa tidak senang dengan keputusan itu. Sebelumnya, Pangeran Harry merasa senang dengan akan dikirimnya ke garis depan, apalagi ia merupakan satu satunya keluarga kerajaan yang akan dikirim ke medan perang, sejak sang paman "The Duke of York" atau Pangeran Andrew menjadi pilot helikopter saat terjadinya konflik di Malvinas (Falkland) dengan Argentina pada 1982. Saat Harry merayakan ulang tahunnya ke 21, ia mengatakan bahwa tidak akan pernah dirinya ikut pendidikan militer di Sandhurst dan duduk manis di rumah, sementara rekan-rekannya berjuang untuk mmpertahankan negaranya. Bahkan, ia sempat mengancam, akan keluar dari "Blue and Royal", kalau sampai tidak dikirim ke garis depan, demikian laporan AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007