Beirut (ANTARA News) - Militer Lebanon siap melaksanakan gencatan senjata jika gerilyawan garis keras Fatah Al-Islam, yang memiliki hubungan dengan Al-Qaeda, menghentikan serangan terhadap tentaranya di Lebanon utara, kata satu sumber keamanan Lebanon, Senin malam. Kamp pengungsi Nahr Al-Bared di dekat Tripoli telah dikepung dalam dua hari pertempuran antara pasukan Lebanon dan gerilyawan Fatah al-Islam yang bersembunyi di pusat penampungan pengungsi itu. Sekitar 150 anggota Fatah al-Islam diduga telah berlindung di kamp tersebut setelah berusaha merampok sebuah bank. Pertempuran itu telah membuat puluhan orang tewas dan kelompok kemanusiaan telah menyampaikan keprihatinan bahwa kerusuhan dapat merenggut korban jiwa di pihak sipil. Pengumuman mengenai kemungkinan gencatan senjata disampaikan sekitar satu jam setelah ledakan yang sangat kuat mengguncang daerah Verdun, Beirut, Senin larut malam, sehingga melukai sedikitnya 10 orang. Menurut laporan awal, ledakan tersebut disebabkan oleh bom mobil. Seorang relawan Palang Merah di tempat kejadian mengatakan sedikitnya 10 orang dibawa dengan ambulan untuk dirawat. Puluhan mobil terbakar dan sebagian masih dilalap api di antara krusakan besar. Ledakan itu terjadi di dekat pusat pertokolan Dune di daerah mewah Verdun, yang dipandang sebagai daerah mayoritas Sunni dan terletak hanya beberapa meter dari rumah Ketua Parlemen Nabih Berri. Itu adalah ledakan kedua di ibukota Lebanon tersebut dalam waktu kurang dari 24 jam. Ahad larut malam, satu ledakan mengguncang permukiman Ashrafiyeh di Beirut timur, menewaskan seorang perempuan dan melukai 12 orang lagi. Fatah al-Islam telah membantah memiliki hubungan dengan kedua ledakan itu, tapi militer Lebanon sedang menyelidiki ledakan tersebut yang tampaknya serupa dalam pemasangannya. Beberapa ledakan telah mengguncang permukiman Kristen dalam dua tahun terakhir, tapi itu adalah ledakan pertama di daerah yang mayoritas penghuninya beragama Islam di lingkungan kelas atas. "Siapa pun yang berusaha melakukan ini bertujuan menghancurkan daerah menarik di Beirut," kata seorang saksi mata di daerah itu kepada DPA. "Orang yang memasang bom semacam itu adalah gerombolan penjahat," kata Saad Hamdan, seorang warga daerah tersebut. Seorang warga lain, Saoud Ayed, berkata, "Tak seorang pun dapat menakut-takuti kami ... ini adalah negara kami dan kami akan melindunginya." Sementara itu di Tripoli, suara pemboman dan tembakan senapan mesin mereda saat malam tiba, menyusul pemboman sengit oleh tentara Lebanon terhadap kamp pengungsi Palestina, Nahr al-Bared, di Lebanon utara. Suara tembakan senapan mesin masih terdengar, sementara tentara Lebanon bersiaga penuh guna menghadapi kemungkinan serangan oleh kelompok Fatah al-Islam, yang diduga memiliki hubungan dengan Al-Qaeda. Asap hitam telah membubung dari kamp itu Senin pagi, sementara suara tembakan senapan mesin berat berkumandang di seluruh pelabuhan Tripoli, yang berdekatan. Tank menggempur kamp yang terletak di pantai tersebut, yang menampung sebanyak 30.000 pengungsi, sementara petempur Fatah al-Islam menggunakan granat dan senapan otomatis guna menyerang pos militer tepat di luar kamp itu. Kondisi "menyedihkan" Meurut beberapa sumber Palestina di dalam kamp pengungsi itu, kondisi sebanyak 30.000 warganya "menyedihkan". "Sebagian orang yang cedera meninggal di bawah puing sementara tak seorang pun dapat membantu mereka akiabt sengitnya pemboman," kata sumber tersebut. Sultan Abu al-Anyian, jurubicara gerakan arus utama Fatah di Lebanon, mengeluarkan seruan bagi "gencatan senjata segera" guna menghindari jatuhnya korban jiwa di pihak sipil di kamp itu. beberapa sumber militer Lebanon mengatakan satu peristiwa penembakan terjadi di dekat satu pangkalan militer di Lebanon utara, dan menewaskan tiga prajurit Lebanon. Peristiwa tersebut membuat jumlah korban jiwa di pihak prajurit Lebanon jadi 30 sejak Ahad. Satu sumber pemerintah mengatakan, "Pemerintah sangat ingin mengakhiri situasi tersebut dengan korban jiwa di pihak sipil sesedikit mungkin."

COPYRIGHT © ANTARA 2007