Beijing (ANTARA News) - Perdagangan bilateral antara Indonesia dengan China dalam kurun lima tahun terakhir (2001-2006) berkembang dengan sangat positif dengan pertumbuhan rata-rata 18,6 persen per tahun. "Dalam lima tahun terakhir, perdagangan dua arah antara kedua negara tumbuh positif," kata Wakil Kepala Perwakilan Indonesia KBRI Beijing Mohammad Oemar, di Beijing, Selasa. Dikatakan, produk ekspor utama RI ke China selama ini adalah bahan-bahan kimia, produk kayu, pulp dan kertas, serta karet dan pupuk. Sementara impor Indonesia dari China terbesar adalah besi dan baja, suku cadang dan komponen kendaraan bermotor, mesin-mesin, elektronika, mesin pengolah data, serta buah-buahan. Saat ini, kata Oemar, China merupakan tujuan utama kelima ekspor Indonesia ke pasar internasional dan urutan ketiga sebagai pemasok utama dengan total volume perdagangan tahun 2006 mencapai 19,06 miliar dolar AS. "Total volume perdagangan itu tercatat melonjak tiga kali lipat dari 6,7 juta miliar dolar AS tahun 2001," katanya. Sekalipun pertumbuhan volume perdagangan kedua negara selama ini mengalami peningkatan cukup signifikan, Oemar mengatakan, perdagangan bilateral diantara kedua negara hanya mencapai 1,17 persen dari nilai total perdagangan China. Melihat potensi penduduk kedua negara yang sangat besar serta makin meningkatnya sektor industri serta sektor ekonomi lain, maka peluang untuk melakukan peningkatan hubungan perdagangan dan kerjasama antara kedua negara masih bisa ditingkatkan. Apalagi, tambahnya, pimpinan kedua negara yakni Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Hu Jintao, telah mengkampanyekan target total perdagangan kedua negara sebesar 20 miliar dollar AS pada 2008 dan 30 miliar dollar AS pada 2010. Lebih jauh lagi, Indonesia dan China bisa mengambil keuntungan dari adanya Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-China dan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA). Indonesia juga bisa dimanfaatkan sebagai pintu masuk China ke pasar ASEAN dengan penduduk 550 juta jiwa, untuk pemasaran serta basis industrinya.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007