Ankara (ANTARA News) - Enam orang tewas dan sebanyak 80 orang lagi cedera dalam ledakan bom di luar pusat pertokoan padat pengunjung di pusat ibukota Turki, Ankara, Kamis malam. Ledakan terjadi di daerah sibuk Ulus di kota tersebut sekitar pukul 18:45 waktu setempat (20:45 WIB) di perhentian bus di luar satu blok kantor saat jalan-jalan di daerah itu dipenuhi pelaju (commuter) yang akan pulang. Itu dipercaya sebagai serangan terburuk dalam setidaknya satu dasawarsa di dekat pusat pemerintahan Turki, lokasi Angkatan Bersenjata --yang berpengaruh, istana presiden dan pemerintahan. Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada wartawan di lokasi ledakan bahwa empat orang Turki dan satu warganegara Pakistan tewas dalam ledakan pertama. Sementara itu, Menteri Kesehatan Recep Akdag mengatakan sebanyak 80 orang cedera. Satu orang yang cedera belakangan meninggal di rumah sakit, sehingga korban jiwa jadi enam. Warganegara Pakistan yang tewas adalah seorang anggota delegasi Angkatan Bersenjata Pakistan yang berada di Turki untuk menghadiri pameran militer. Tayangan televisi memperlihatkan kerusakan besar pada beberapa bangunan di dekat tempat ledakan dan banyak jendela hancur. Stasiun televisi swasta NTV dengan mengutip keterangan beberapa sumber polisi melaporkan polisi telah menemukan jejak bahan peledak plastik A-4. Polisi dengan cepat menuding Partai Pekerja Kurdi (PKK) sebagai tersangka utama. Dalam dua bulan terakhir, polisi telah menyita sebanyak 200 kilogram bahan peledak plastik A-4 selama serangan di seluruh negeri tersebut terhadap para tersangka anggota PKK. Bahan peledak itu diselundupkan ke dalam wilayah Turki dari negara tetangganya, Irak, kata mereka. Beberapa saksimata mengatakan mereka telah melihat satu bungkusan mencurigakan yang ditinggalkan di tempat perhentian bus di tempat ledakan, tapi tidak jelas apakah ledakan tersebut disebabkan oleh seorang pembom bunuh diri atau melalui pengendali jarak jauh. Stasiun NTV melaporkan bahwa tujuh orang telah ditahan dalam dua jam pertama setelah ledakan. Erdogan menolak untuk menyimpulkan apakah PKK berada di belakang ledakan itu dan mengatakan salah satu tujuan kelompok teror ialah memanfaatkan peristiwa tersebut sebagai propaganda. Ia malah menegaskan perlunya bagi kerjasama internasional melawan terorisme. "Kejadian ini memperlihatkan bahwa kita harus memperkuat kerjasama melawan terorisme," kata Erdogan. "Kita telah menyaksikan bagaimana terorisme telah terjadi di seluruh dunia, di Amerika Serikat, Inggris, Spanyol dan Italia. Kita harus selalu mengulangi landasan internasional guna memerangi terorisme harus ditegakkan." Pemimpin militer Turki Yasar Buyukyanit mengatakan kepada wartawan beberapa menit kemudian bahwa penting untuk melihat "siapa yang menghidupi teroris", rujukan terselubung bagi dukungan yang diterima PKK dari simpatisan di seluruh dunia. PKK memulai operasi pada awal 1980-an dengan tujuan mendirikan negara merdeka Kurdistan di Turki tenggara. Kelompok itu dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, demikian laporan DPA dan Reuters.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007