Medan (ANTARA News) - Harga ekspor karet SIR 20 terus meroket mencapai 228 dolar AS per ton pada pekan ini akibat kenaikan harga minyak bumi dan ketatnya pasokan dari negara produsen. "Harga karet untuk jenis SIR 20 di pasar internasional sudah mencapai 228 dolar AS per ton pekan ini. Kenaikan harga yang cenderung jor-joran itu terjadi sejak pekan kedua Mei," kata eksportir karet Sumut, Tjoe Ming Fat, di Medan, Rabu. Pada tanggal 16 Mei harga karet di luar negeri masih ditutup seharga 219, 75 dolar AS per ton dari harga akhir April yang hanya 216,50 dolar AS per ton. Harga kemudian terus naik menjadi 223,25 dolar AS per ton pada 17 Mei, lalu naik lagi menjadi 225 dolar AS per ton pada hari berkitunya hingga mencapai 228 dolar AS per ton secara berturut-turut tiga hari terakhir ini. Kenaikan harga minyak bumi mendorong kenaikan harga karet sintetis sehingga produsen beralih membeli karet alam. Permintaan yang semakin banyak itu membuat harga jual karet alam terdongkrak naik. Harga jual karet semakin naik karena ternyata pasokan semakin ketat, tambahnya. "Tapi, meski harga jual naik, eksportir tidak bisa menikmatinya langsung, karena komoditi itu sudah didapat di dalam negeri akibat pasokan yang ketat karena musim hujan yang membuat produksi getah menurun, " kata Tjoe yang juga Presdir PT.Abad & Co itu. Mengenai apakah harga jual karet itu bisa bertahan tinggi atau terkoreksi lagi, ia mengaku sulit memprediksi dengan dalih harga jual komoditi tersebut dipengaruhi banyak faktor. Namun, menurut dia, melihat kondisi pasokan yang ketat di negara produsen khususnya Indonesia, Malaysia dan Thailand, harga jual karet diperkirakan akan bertahan menguat. "Harga karet sebesar 228 dolar AS per ton itu merupakan harga tertinggi sepanjang tahun ini dan itu di luar prakiraan dimana sebelumnya harga jual diperkirakan paling mahal hanya 218 dolar AS per ton," katanya. Harga ekspor karet yang mahal itu membuat harga bahan olah karet (bokar) di dalam negeri ikut menjadi mahal.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007