Solo (ANTARA News) - Bank syariah tidak mengenal spekulasi, karena yang dibiayai sektor usaha kecil dan menengah (UKM) yang tahan terhadap krisis seperti krisis ekonomi tahun 1997, kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Siti Ch.Fadjrijah, Kamis. Ketika menjadi pembicara kunci pada seminar nasional "Peran Perbankan Syariah Dalam Rangka Mendorong Perekonomian Masyarakat Surakarta", di Solo, ia juga mengatakan bank syariah setiap melakukan transaksi dengan nasabah memiliki perjanjian tersendiri sehingga tidak berubah-ubah seperti bank umum. Dikatakannya total aset bank syariah di Indonesia tahun-tahun terakhir mengalami kenaikan lebih 50 persen, menandakan bank syariah sudah diminati masyarakat. Bank syariah memang sudah berkembang, tetapi belum seperti yang diharapkan, sambungnya seraya menambahkan bahwa dari sekitar 60 juta orang penabung di bank, baru sekitar 2,2 juta orang yang menabungkan uangnya di bank syariah. Sementara itu, dari puluhan juta usaha kecil menengah (UKM), baru sekitar 400 ribu yang memanfaatkan bank syariah. Bank syariah juga belum masuk ke pondok-pondok pesantren. "Apabila bank syariah masuk ke pondok pesantren hendaknya yang digarap jangan santrinya, tetapi UKM-UKM yang memasok kebutuhan di pondok itu yang perlu ditangani," katanya. Total aset perbankan syariah dalam kurun waktu tiga tahun terakhir berkembang pesat rata-rata sebesar 62 persen per tahun, kata Pimpinan Bank Indonesia Solo Dewi Setyowati. Ia mengatakan dana pihak ketiga dan pembiayaan yang disalurkan secara rata-rata masing-masing mencapai 49 persen dan 75 persen.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2007