Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menilai upaya meningkatkan konsumsi rumah tangga dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada 2008 menghadapi tantangan berat. "Upaya meningkatkan konsumsi rumah tangga seperti yang diharapkan pemerintah menghadapi tantangan yang berat," kata Deputi Gubernur Senior BI, Miranda S. Goeltom, dalam rapat kerja dengan Panitia Anggaran DPR, di Jakarta, Kamis. Menurut Miranda, tantangan itu antara lain adanya rasio tabungan masyarakat terhadap produk domestik bruto (PDB) yang cenderung turun dari waktu ke waktu. "Pada tahun 2002, rasio tabungan masyarakat terhadap PDB masih sekitar 43 persen, namun pada 2006 turun menjadi hanya sekitar 37 persen," kata Miranda. Di sisi lain, lanjut Miranda, rasio utang kredit konsumsi oleh masyarakat mengalami peningkatan cukup tinggi. Pada 2002 baru mencapai sekitar 22 persen, sementara saat ini sudah mencapai sekitar 37 persen. "Rasio utang kredit konsumsi terhadap disposable income (pendapatan yang dapat dibelanjakan) sudah cukup tinggi," tegasnya. Tantangan lainnya adalah tingkat upah riil yang belum meningkat secara signifikan hingga saat ini. "Selain itu, daya serap tenaga kerja yang masih rendah sebagaimana tercermin dari jumlah pengangguran yang masih tinggi dan porsi tenaga kerja yang masuk ke sektor informal semakin besar," katanya. Pemerintah menetapkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2007 sebesar 5,1 persen. Pada 2008, pemerintah merencanakan adanya peningkatan pertumbuhannya menjadi sekitar 5,7 hingga 6,2 persen. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2007