Sidoarjo (ANTARA News) - Warga dalam radius satu kilometer dari pusat semburan lumpur Lapindo Brantas Inc Porong Sidoarjo kini mulai resah dengan fenomena amblesnya tanah (land subsidence) di sekitar kawasan itu. Pantauan ANTARA News, Kamis menyebutkan, di sejumlah titik dalam radius satu kilometer dari pusat semburan, rumah-rumah warga mengalami retak, dan bahkan di radius terdekat dengan pusat semburan sejumlah rumah sudah ambruk. Desa Siring Barat yang wilayahnya tidak termasuk dalam peta kawasan bencana lumpur 22 Maret 2007 mulai mengalami dampak ambles tanahnya, sejak periode Agustus 2006 hingga sekarang. Wilayah ini berada dalam radius sekitar 600 meter dari pusat semburan. Masluchah (51) warga Jalan Flamboyan RT3/RW1 Siring Barat menunjukkan dinding dan lantai rumahnya yang retak-retak. Keretakan paling parah di lantai ruang tengah yang panjangnya sekitar lima meter. Retaknya dinding dan lantai rumah milik Masluchah ini, diakuinya, terjadi sejak Desember 2006, pasca meledaknya pipa gas PT Pertamina, akhir Nopember lalu. "Saya sudah melapor Ketua RT dan RW dan sudah disampaikan ke Timnas dulu dan Pemkab Sidoarjo, tetapi sampai sekarang belum ada tanggapan," kata Masluchah. Kondisi ini, diakuinya dilematis karena pemerintah tidak mengakui Desa Siring Barat sebagai korban lumpur, meskipun tetangganya yang terpisah Jalan Raya Porong dan masih satu desa sudah dinyatakan sebagai korban lumpur dan dimasukkan dalam peta kawasan bencana 22 Maret 2007. Hal sama sama juga dialami Budi Rahayu (47) warga Jalan Bringin No.4 RT3/RW1 Siring Barat. Bahkan, retakan di rumah Budi ini lebih parah dibanding yang dialami Masluchah yakni dari retakan muncul sumber air yang terus keluar, meskipun tidak hujan. Dampak amblesan tanah yang paling parah terjadi di Desa Renokenongo. Hampir semua rumah di desa ini mengalami retak-retak. Masjid Kholid bin Walid, yang letaknya bersebelahan dengan Balai Desa Renokenongo, tangganya terlihat sudah mulai hancur, karena tanahnya terbelah. Yang paling memprihatinkan, rumah milik Hj Mi yang letaknya di RT3 ambruk di bagian belakangnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007