Jakarta (ANTARA News) - Apa bedanya guru dengan montir? Ternyata, bagi Prof Dr Komaruddin Hidayat yang Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, jawaban dari pertanyaan tersebut memiliki makna filosofis yang mendalam. "Sehebat-hebatnya sebuah mobil tidak bisa menandingi kemahiran montir dalam memperbaikinya, tetapi kehebatan seorang guru dapat terlihat bila muridnya bisa menandingi, bahkan melebihi kemampuan gurunya," katanya, belum lama ini. Lelaki kelahiran Magelang, Jawa Tengah, pada 18 Oktober 1953 itu juga menganalogikan pengaruh guru terhadap muridnya dengan penggalan puisi yang terdapat dalam buku Sang Nabi buah karya Khalil Gibran, yang bertutur mengenai busur dan anak panah. Bagusnya sebuah busur, ujar Komaruddin, sebagaimana mengacu pada buku penyair dari Libanon itu, dapat terlihat dari semakin jauh anak panah yang dilesatkannya. Demikianlah yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru kepada anak didiknya. Itulah sebabnya, mantan Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) 2004 itu menyesalkan bahwa selama ini masih juga terjadi seorang anak yang merupakan "bibit unggul" menjadi tidak berkembang lantaran faktor guru atau pengajar yang tidak bisa menggali bakat dan potensi dalam anak tersebut. Oleh karena itu, peraih gelar doktor bidang filsafat Barat dari Universitas Ankara, Turki, itu mengemukakan bahwa seorang guru yang baik tidak hanya menguasai materi yang diajarkan, tetapi juga harus memiliki cinta kasih yang mendalam, agar dapat menyampaikan materi tersebut secara baik kepada muridnya. "Menurut saya, ketika guru sudah berhenti belajar, maka dia juga harus berhenti mengajar," demikian Komaruddin Hidayat. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007