Batam (ANTARA News) - Manajemen Radio Era Baru berencana menuntut secara hukum Kedutaan Besar China di Jakarta yang diduga mengintervensi dan menuduh siaran radio berpusat di Batam itu melakukan propaganda politik yang mendisreditkan komunisme dan Pemerintah RRC melalui siaran-siaran Falun Gong. "Penyampaian nota protes Kamis (31/5) ditolak Kedubes China dan kami tetap akan melanjutkannya dengan tuntutan hukum karena indikasi diintervensi," kata Direktur Radio Era Baru Batam, Gatot S Machali, di Batam, Sabtu. Nota protes Era Baru diwakili Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers berisi penolakan terhadap intervensi Pemerintah China yang melalui kedubesnya di Jakarta meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menghentikan siaran Era Baru mengenai aktivitas Falun Gong yang mendiskreditkan komunis dan Pemerintah Republik Rakyat China. LBH Pers menyatakan menolak segala bentuk intervensi terhadap kemerdekaan pers dan pelecehan terhadap kebebasan pers dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. "Kami menerima dukungan dari Dewan Pers dan LBH Pers. DPR juga mendukung Era Baru untuk melakukan tuntutan secara hukum kepada Pemerintah China," katanya. Ia mengatakan seharusnya Pemerintah China menghormati hak masyarakat Indonesia untuk memperoleh informasi dan hak media dalam menyampaikan informasi yang dilindungi undang-undang. Muatan siaran Era Baru bukan bohong melainkan berita-berita yang dapat dipertanggungjawabkan, katanya. Era Baru yang mengudara di frekuensi FM 106.5 Mhz di Batam hanya mengantongi rekomendasi dari KPI Daerah Provinsi Kepri sejak Agustus 2006. Radio Era Baru menjanjikan komposisi siarannya 60 persen berbahasa China dan 40 persen bahasa Indonesia. Namun, kata Gatot, karena mayoritas pendegarnya merupakan etnis Tionghoa maka komposisi tersebut diubah menjadi 90 persen berbahasa China dan 10 persen berbahasa Indonesia. "Aturan tentang penggunaan bahasa asing masih bersifat abu-abu. Penggunaan bahasa China 90 persen kami anggap tidak menyalahi aturan, sebab beberapa radio di Jakarta menggunakan 100 persen berbahasa China ," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2007