Pengungsian massal dari bagian utara Rakhine ini dipicu oleh serangan terkoordinasi dari pemberontak Rohingya yang bersenjatakan bambu, golok dan bom rakitan Jumat pekan lalu ke 30 pos polisi dan sebuah markas tentara.
Kekerasan itu menandai eskalasi dramatis dari konflik yang sudah melanda kawasan ini sejak Oktober tahun lalu ketika serangan serupa yang lebih kecil memicu balasan militer yang brutal yang kemudian membuat dunia menuduh Myanmar telah melakukan pelanggaran HAM.
Ribuan warga Rohingya yang kebanyakan wanita dan anak-anak lari menghindari konflik untuk mencapai Sungai Naf yang memisahkan Myanmar dan Bangladesh, untuk melintasi sungai ini demi mencapai Bangladesh.
Namun para pengungsi yang sudah berada di Bangladesh akibat menghindari konflik tahun lalu telah diperingatkan polisi Bangladeshi untuk tidak membantu pengungsi baru itu.
"Mereka bilang 'jika ada yang memberikan penampungan, maka kami akan menangkap kalian dan mengirim kalian kembali ke Myanmar'. Jadi, karena takut, kami tidak menerima pendatang baru," kata Mohammad Yunus, seorang muslim Rohingya Muslim, seperti dikutip Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2017