Karangasem, Bali (ANTARA News) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat gempa vulkanik Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, masih berfluktuasi dalam level yang tinggi.

"Dalam 12 hari terakhir tidak ada akselerasi atau percepatan tetapi masih fluktuasi dalam jumlah yang tinggi," kata Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil di Pos Pengamatan Gunung Agung, Karangasem, Bali, Jumat.

Menurut dia, selama 24 jam terakhir aktivitas kegempaan vulkanik dalam dan dangkal di gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu mencapai rata-rata 800 kali.

Sehingga, lanjut dia, dapat disimpulkan bahwa aktivitas vulkanik gunungapi itu menunjukkan belum ada penurunan.

"Magma masih terus bergerak, berusaha mencari celah untuk keluar," imbuhnya.

Saat ini dari pengamatan visual yang terlihat adanya gas solfatara yang tampak dari pos pengamatan di Desa Rendang yang muncul tipis pada ketinggian 50 hingga 200 meter dari puncak kawah.

PVMBG juga menyebutkan pada 1 Oktober 2017 tubuh Gunung Agung sempat mengalami perubahan secara tiba-tiba yakni mengempis namun kembali mengembung atau mengalami inflasi hingga saat ini berdasarkan pengamatan deformasi.

Pengamatan deformasi atau bentuk tubuh itu menggunakan tiltmeter yang merupakan alat pengukur deformasi gunung yang berfungsi untuk mendeteksi pengembungan atau pengempisan tubuh gunung.

Sementara itu terkait aktivitas seismik Gunung Agung, PVMBG mencatat pukul 06.00 hingga 12.00 Wita, jumlah gempa vulkanik dangkal mencapai 69 kali, vulkanik dalam 147 kali dan tektonik lokal 22 kali.

PVMBG juga mencatat tektonik jauh sebanyak satu kali dengan durasi 86 detik.

Sementara itu Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi PVMBG Gede Suantika mengatakan dengan aktivitas yang cenderung masih tinggi tersebut kemungkinan erupsi masih lebih besar.

Meski demikian, kemungkinan gunung tidak jadi meletus juga bisa terjadi.

Gede menyebutkan pengalaman darurat Gunung Gede di Jawa Barat sekitar tahun 1990-1991 yang tidak meletus meskipun saat itu dalam fase kritis.

"Waktu itu sudah level kritis dan evakuasi warga tiba-tiba tidak jadi meletus karena gempa menurun," ucapnya.

Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2017