Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Mandiri Persero Tbk mendongkrak pertumbuhan laba bersih 25,4 persen menjadi Rp15,1 triliun pada kuartal III 2017 menyusul terpangkasnya biaya pencadangan karena rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) yang membaik.

Rasio kredit bermasalah NPL Mandiri kuartal III 2017 turun enam basis poin menjadi 3,75 persen, sementara biaya pencadangan membaik Rp3,6 triliun atau turun 23 persen menjadi Rp12,2triliun.

"Laba naik karena keberhasilan kita menekan NPL, kita lakukan collection dan restrukturisasi kredit bermasalah, sehingga pendapatan kita bertambah," ujar Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodojo di Jakarta, Selasa.

Tiko, sapaan akrab Kartika, menargetkan di akhir tahun NPL secara gross Mandiri bisa berada di 3,5 persen.

Emiten bersandi BMRI itu juga menekan NPL, dengan menggeser penyaluran kredit dari sektor komersial yang sejak awal 2017 menyumbang penurunan kualitas aset.

Penyaluran kredit Mandiri tidak terlalu agresif. Kredit Mandiri akhir September 2017 tumbuh 9,8 persen (yoy) atau sebesar Rp686,2 triliun. Adapun marjin bunga bersih (NIM) Mandiri turun menjadi 5,86 persen dari 6,5 persen.

"Namun NIM itu masih memadai," ujar dia.

Dengan penyaluran kredit, aset Mandiri naik menjadi Rp1.078,7 triliun atau tumbuh 10,6 persen (yoy).

Sejalan dengan perbaikan aset, pendapatan operasional Mandiri naik 4,1 persen mencapai Rp57,5 triliun. Adapun pendapatan berbasis komisi (fee based income) naik 18,4 persen menjadi Rp16,8 triliun dengan mayoritas dari pendapatan "wholesales" atau segmen menengah ke atas.

Likuiditas Mandiri ditandai dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 10,3 persen menjadi Rp761,5 triliun.

"Pertumbuhan tersebut terutama didorong pertumbuhan dana murah sebesar 12,6 persen (yoy), mencapai Rp492,5 triliun," ujar dia. Sehingga, rasio dana murah terhadap total DPK mencapai 64,7 persen.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2017