Oleh Mulyana dan Mansyur Lebak, Banten (ANTARA News) - Menyebut nama Idi Rasidi (65), maka orang Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, bakal memberinya penilaian khusus menyangkut kegigihannya untuk saling menolong sesama manusia yang tak bisa dipandang dengan sebelah mata. Bahkan, Idi rela meninggalkan isteri dan anaknya hingga berbulan-bulan demi kesehatan orang Baduy di kawasan pedalaman Lebak. Misinya hanya satu, yakni mengenalkan kesehatan kepada masyarakat Baduy. Dialah orang pertama yang mampu menyadarkan warga Baduy Dalam mengenai pentingnya kesehatan. Suku Baduy dikenal memiliki mitologi dan aturan adat yang sarat dengan pantangan. Namun, berkat Idi Rasidi, warga Baduy Dalam kini mulai percaya dengan pengobatan kedokteran, dan sudah mulai meninggalkan berobat ke dukun. Orang Baduy Dalam yang tersebar di tiga kampung, yakni Cibeo berpenduduk 80 Kepala Keluarga (KK), Cikartawana 27 KK dan Cikeusik sebanyak 58 KK, kini mulai percaya kepada Idi Rasidi ketimbang dukun. Demi melayani warga Baduy, Idi Rasidi harus terseok-seok berjalan 25 kilometer ke pelosok Baduy Dalam selama lima jam, karena kakinya pincang sejak lama. Tetapi, ia tak pernah mengeluh dan tetap berjalan puluhan kilometer di usianya yang tak lagi muda. Pukul 07.00 WIB, Idi berangkat dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat, dan terkadang berminggu-minggu di pedalaman Baduy. Perjalanan ke Kampung Baduy Dalam bukan perjalanan ringan. Idi Rasidi harus menembus jalan setapak yang menanjak curam di kawasan hutan Gunung Kendeng. "Sampai saat ini saya belum pernah mengalami sakit pegal-pegal atau reumatik tulang, karena setiap hari berjalan hingga badannya selalu sehat," katanya. Semula Idi juga tak menyangka akan ditugaskan di wilayah kawasan Baduy, setelah diterima sebagai tenaga honorer di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak pada 1972. Saat itu, ia ditugasi menangani berbagai jenis penyakit kulit menular, terutama patek atau yang disebut juga prambusia (frambosia). Sebelumnya, ia selama setahun di sekolahkan di Yogyakarta khusus penanganan penyakit prambusia dan kolera. Setelah lulus, pada 1975 ia ditugasi untuk mengobati penyakit prambusia yang diderita orang Baduy Dalam dan Baduy Luar. Ia semula takut akan ditolak karena pantangan adat, namun di luar dugaan tokoh lembaga adat Baduy Dalam, Puun Jando, di Kampung Cibeo sangat mendukung serta menerima kehadiran petugas medis. Tahun itu juga tercatat sekitar 35 orang positif terjangkit prambusia. Penderita prambusia sekujur tubuhnya mengalami koreng-koreng atau budukan, seperti pada zaman Jepang dulu. "Penyakit prambusia ditularkan kuman-kuman yang menghinggapi tempat tidur maupun pakaian karena orang Baduy kurang menjaga kebersihan dan jarang mandi. Prambusia termasuk penyakit kulit," katanya. Pertama kali mengobati penderita prambusia, Idi Rasidi harus melakukannya di hulu mata air dan tidak boleh diketahui orang lain sesuai permintaan mereka. Pengalaman yang hingga kini selalu terkenangnya adalah ketika menyuntikan antibiotik ke penderita. "Mereka takut sekali melihat jarum suntik. Pertama kali disuntik ada penderita yang sampai buang air di celana," katanya. Sampai saat ini, Idi sudah 32 tahun mengabdi sebagai mantrinya orang Baduy. Ia masih tetap mengabdikan diri di kawasan Baduy, kendati sudah pensiun di Puskesmas Cisimeut dengan golongan terakhir II-C. Setiap bulan ia memeroleh uang pensiun senilai Rp900.000, dan mampu menyekolahkan anak ketiganya ke Perguruan Tinggi Farmasi Muhammadiyah di Rangkasbiutng. Sedangkan, dua orang lainnya kini sudah bekerja di Puskesmas setempat, bahkan satu anaknya yang menjadi bidan, kini juga meneruskan jejak langkah Rasidi. "Saya merasa kasihan jika saya meninggalkan orang Baduy, karena sudah dianggap keluarga sendiri," katanya. Sekarang orang Baduy sudah mengerti tentang kesehatan bahkan anak-anak Balita di sini tidak pernah teridentifikasi gizi buruk atau Tuberkulosis (TB). "Penderita prambusia pun tinggal empat orang," ujarnya. Sementara itu, Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, sebagai pemangku pemerintahan Baduy, Dainah, mengatakan saat ini orang Baduy lebih percaya terhadap Idi Rasidi dibandingkan kepada dokter, karena setelah berobat banyak warga yang cepat sembuh. Idi Rasidi, kata Dainah, selain menangani prambusia juga mengobati penyakit ringan lainnya seperti sakit pilek, diare dan batuk-batuk. Dainah sangat bangga terhadap Rasidi, yang merasa betah bersama warga Baduy, yang kini tercatat berjumlah 10.600 jiwa. "Saya sebagai orang Baduy mengucapkan banyak terima-kasih atas kegigihan serta perjuangannya. Tanpa Rasidi mungkin orang Baduy tak mengenal kesehatan sebaik saat ini," demikian Dainah. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2007